Press "Enter" to skip to content

10 Ribu Lebih Orang Indonesia Tertipu FaceApp Palsu

Tantangan AgeChallenge yang menggunakan aplikasi FaceApp dalam waktu singkat menjadi booming di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam waktu singkat linimasa media sosial dipenuhi dengan foto-foto orang dengan perubahan wajahnya yang sekarang dan versi tuanya. Keriuhan ini juga melanda sejumlah pejabat publik.

Tapi apa daya, sensasi aplikasi FaceApp yang mendunia mengundang para scammer untuk mengambil keuntungan dalam waktu singkat. Peneliti ESET membongkar sebuah skema penipuan yang membonceng popularitas FaceApp menggunakan versi “Pro” sebagai umpan untuk memancing pengguna. Namun sayangnya banyak media lokal menggunakan kata FaceApp Pro sebagai rujukan padahal aplikasi tersebut merupakan versi palsunya.

Penjahat siber akan mencoba berbagai cara untuk mengeksploitasi semaksimal mungkin kehebohan FaceApp, salah satunya dengan menyebarkan berita tentang versi fiktif berbahaya ini. Dalam pencarian Google menggunakan kata kunci “FaceApp Pro” hasilnya mencapai lebih dari 69 juta artikel. Bahkan sebuah situs berita nasional di Indonesia menggunakan nama “FaceApp Pro” sebagai nama perangkat lunak, walau secara contoh menggunakan screenshot yang benar. Kita bisa lihat betapa dahsyatnya upaya penyesatan ini.

Dari hasil riset ESET diketahui ada dua cara yang digunakan untuk menghasilkan uang melalui versi palsu “Pro” dari FaceApp:

Pertama, melalui website palsu yang menawarkan versi “Premium” FaceApp secara gratis, hal ini akan menarik, karena biasanya perangkat lunak Premium selalu berbayar. Pada kenyataannya, scammer mengelabui korbannya untuk mengklik penawaran yang tak terhitung jumlahnya untuk menginstal aplikasi lain dan langganan berbayar, iklan, survei, dan sebagainya. Korban juga menerima permintaan dari berbagai situs yang meminta menampilkan notifikasi. Ketika diaktifkan, pemberitahuan ini menyebabkan penawaran penipuan lebih lanjut.

Selama pengujian ESET, biasanya berakhir pada versi gratis FaceApp seperti yang tersedia di Google Play. Bedanya, pengunduhan tidak dilakukan di Google Play melainkan dari layanan populer file sharing mediafire.com. Ini berarti pengguna bisa dengan mudah berakhir mengunduh berbagai jenis malware jika itu adalah niat para pejahat siber.

Kedua, penipuan menggunakan video YouTube, mempromosikan unduh gratis tautan untuk versi “Pro” FaceApp. Mereka menggunakan tautan unduhan yang diperpendek, berfungsi untuk membuat pengguna menginstal berbagai aplikasi tambahan dari Google Play. Jenis penipuan macam ini biasanya digunakan untuk menayangkan iklan, tautan yang dipersingkat dapat menyebabkan pengguna menginstal malware hanya dalam satu klik. ESET pernah melihat ini terjadi di masa lalu, seperti dalam kasus game Fortnite yang dimanfaatkan sebagai umpan. Tautan yang dimaksud telah diklik sebanyak 96.000 kali, yang bagaimana pun tidak memberitahu kita banyak tentang jumlah instalasi yang sebenarnya.

Youtube saat ini sudah menjadi acuan sebuah software, jika kita cari dengan kata kunci “FaceApp Pro” maka akan menghasilkan banyak tautan video. Statistik di atas adalah untuk link yang mengarah ke aplikasi “FaceApp Pro” dengan paket instalasi yang dirujuk dalam video YouTube. Dalam keterangan yang ada di dalam gambar menunjukkan per tanggal 19 Juli 2018, sebanyak 10.737 orang Indonesia kemungkinan menjadi korban dari FaceApp palsu.

Besarnya jumlah korban yang jatuh masih bisa terus bertambah karena jumlah view dalam video YouTube tersebut terus bertambah, yang sebelumnya hanya 96.100 klik kini menjadi 220.267. Begitu korban mengklik untuk instalasi, maka apa saja bisa masuk ke dalam smartphone miliknya, malware perbankan, ransomware, pencuri data dan sebagainya.

Per tanggal 22 Juli 2018, pembuat video membuat video baru dengan menuliskan versi “FaceApp Pro” yang berbeda, ini dikarenakan link pada video sebelumnya sudah dilaporkan dan akan muncul notifikasi “This file has been reported as a violation and is under review, download with caution”.

Terlepas semenarik apa pun setiap segala sesuatu yang terkait dengan kehebohan yang terjadi di dunia maya, ESET selalu menyarankan untuk menghindari mengunduh aplikasi dari sumber selain toko aplikasi resmi, dan memeriksa informasi yang tersedia tentang aplikasi seperti, developer, peringkat, ulasan, dan lain sebagainya. Terutama di ekosistem Android, karena selalu ada versi palsu untuk setiap aplikasi populer atau permainan.

Menurut IT Security Consultant PT Prosperita – ESET Indonesia, Yudhi Kukuh, “Dunia maya memiliki dua sisi yang berlawanan, sesuatu yang kita anggap menyenangkan ternyata bisa membahayakan. Berdasarkan pengalaman, Hyper pasti menarik scammers, dan semakin besar sensasinya, maka semakin tinggi risiko korban penipuan jatuh. Karena itu pastikan setiap kali bergabung dalam suatu hype, pengguna harus ingat untuk tetap pada prinsip-prinsip dasar keamanan seperti selalu mengunduh apps di tempat resmi yang telah disediakan.”

ESET sudah mendeteksi applikasi ini sebagai Android.FakeApp.179 sehingga pengguna Android yang dilindungi ESET sudah diamankan dengan baik.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.