Press "Enter" to skip to content

Teripang, Si Timun Laut Andalan Puslit Oseanografi

Dalam sebuah media briefing kemarin, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Balai Bio Industri Laut Pusat Penelitian Oseanografi, menyatakan sedang mengembangkan budi daya teripang sebagai komoditas ekspor bernilai tinggi maupun diubah menjadi suplemen makanan. Sebenarnya makhluk apa sih teripang ini?

Teripang disebut juga timun laut atau Sea Cucumber. Ia adalah biota laut dari filum Echinodermata, dengan morfologi seperti mentimun. Bentuknya bulat panjang, elastis, dapat mengerut atau memanjang. Warna tubuhnya bisa putih, abu-abu, dan hitam. Permukaan tubuhnya sendiri kasar. Teripang di alam berfungsi seperti cacing di dalam tanah.

Setidaknya ada lebih dari 1000 jenis teripang di dunia ini yang sudah teridentifikasi. Sebanyak 70 negara di dunia sudah memperjualbelikannya.

Benar. Teripang memang memiliki nilai jual yang tinggi. Setidaknya untuk beberapa jenis. Contoh saja dari spesies Holothuria scabra yang banyak ditemukan di pesisir Indonesia dan termasuk teripang yang mahal. “Harganya bisa mencapai US$15 sampai US$1.500,” kata Firdaus, peneliti di Balai Bio Industri Laut LIPI.

Indonesia sendiri termasuk pengekspor teripang dengan volume 2.003.783 ton dan nilainya US$9,4 juta. Tapi angka ini, kata Firdaus, terbilang kecil sebab teripang dari Indonesia masih dianggap tak sesuai permintaan pasar, sehingga ditawar murah. Sebagian besar teripang yang diekspor dari Indonesia adalah hasil penangkapan, bukan budi daya.

Balai Bio Industri Laut LIPI sudah meriset budi daya teripang H. cabra. Risetnya bertujuan untuk konservasi teripang ini secara ex situ, alias di luar habitatnya. Soalnya, lantaran mudah ditangkap, populasi teripang yang disebut juga teripang pasir ini, makin terancam punah.

Riset LIPI juga dimaksudkan untuk menyuplai benih teripang scabra untuk restocking maupun stock enhancement. Metode yang dipakai adalah sea ranching untuk mengurangi eksploitasi. LIPI juga mengklaim bisa memenuhi permintaan pasar, dengan menyediakan bahan baku, serta membantu pendapatan masyarakat.

Ada juga teripang yang nilainya lebih murah tapi ternyata bisa diubah menjadi suplemen makanan. Adalah teripang dari jenis Stichopus vastus, yang ternyata bisa dikembangkan menjadi obat dan makanan kesehatan bernilai tinggi.

Abdullah Rasyid, peneliti yang memimpin tim penemu teripang sebagai suplemen makanan ini, mengatakan teripang ini ternyata mengandung glukosamin dan kondroitin yang berperan dalam pelumasan tulang. Selain itu, teripang juga mengandung vitamin, kolagen untuk elastisitas kulit, sumber mineral macam kalsium, dan omega 3 untuk perkembangan otak khususnya pada bayi.

LIPI sendiri, khususnya Pusat Penelitian Oseanografi, menargetkan teripang menjadi program unggulannya. Sebabnya, Pusat Penelitian Oseanografi melakukan riset mengenai teripang ini dari hulu ke hilir. “Kami menargetkan pusat penelitian kami pada 2019 menjadi pusat nasional tentang teripang Indonesia,” kata Dr Dirhamsyah, Kepala Puslit Oseanografi LIPI.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.