Press "Enter" to skip to content
dok. skeeze/pixabay

Merekam Benda-Benda Langit dengan Astrofotografi

Salah satu cara untuk menikmati benda-benda langit adalah melalui rekaman foto. Cabang fotografi yang mengabadikan benda-benda langit maupun fenomenanya adalah astrofotografi. Makin tingginya antusiasme publik terhadap fenomena di langit, macam gerhana bulan dan gerhana matahari, membuat jenis fotografi ini makin diminati.

Tapi memotret fenomena langit dengan kamera canggih sekalipun, tanpa pengetahuan mengenai astrofotografi sama juga bohong. Foto yang dihasilkan bisa jadi terlalu gelap, terlalu terang, atau memiliki kontras yang buruk.

Melansir Buletin Cuaca Antariksa dari LAPAN edisi April-Juni 2018, untuk memulai astrofotografi setidaknya memiliki peralatan sebagai berikut:

1. Kamera

Kamera yang dipakai harus punya mode manual dan lensa yang bisa diganti. Ukuran sensor juga berpengaruh. Makin besar ukurannya, makin sensitif ia terhadap cahaya di lingkungan yang kurang cahaya.

dok. free-photos/pixabay

2. Lensa/teleskop

Pemilihan lensa/teleskop berfungsi mengumpulkan cahaya. Makin besar diameternya, makin banyak cahaya yang dikumpulkan. Tapi bukan berarti makin besar lensa/teleskop makin baguslah fotonya, sebab ada aspek resolusi foto yang harus diperhitungkan. Tapi besar lensa berbanding terbalik dengan resolusi foto. Makin besar ukuran lensa, maka resolusi foto juga makin berkurang. Perhatikan juga panjang fokus. Panjang fokus pada lensa/teleskop berkaitan dengan skala bayangan atau perbesaran objek.

3. Tripod

Penggunaan tripod sangat dianjurkan untuk menghilangkan efek goyang saat merekam dalam waktu eksposur yang lama. Juga boleh memakai mounting untuk mengikuti objek astronomi yang tampak bergerak oleh karena rotasi Bumi.

Tentukan Lokasi Pemotretan

Setelah peralatan ada, tentukanlah lokasi pemotretan dengan kadar polusi cahaya yang rendah. Makin tinggi kadar polusi cahaya, makin sulit merekam foto yang bagus.

Waktunya Merekam Objek

— Ubahlah pengaturan kamera menjadi manual. Aturlah ISO, aperture atau diameter bukaan diafragma (simbol f/’angka’), kecepatan shutter (waktu eksposur) dan fokus kamera. Pengaturan ISO menentukan sensitivitas lensa terhadap cahaya. Makin tinggi makin sensitif. Tapi makin tinggi, tingkat noise juga makin tinggi.

Atur fokus kamera ke titik tak terhingga untuk objek sangat jauh, seperti bintang. Pemotretan objek terang macam matahari terbit atau terbenam, Bulan purnama, pakailah ISO paling kecil, aperture paling kecil (f/8-f/16) dan waktu eksposur singkat (1/160 – 1/640 detik).

Pada pemotretan Bulan purnama, fokus diatur ulang sampai kawah Bulan terlihat jelas. Sedang untuk memotret Matahari, gunakan benda-benda yang menjadi latar depan. Jika memakai filter Matahari, fokus diatur hingga tepian piringan Matahari terlihat jelas.

Untuk objek redup seperti bintang-bintang atau Bimasakti pakailah ISO tinggi (lebih dari 800), aperture besar (f/2 – f/5.6), dan waktu eksposur panjang (lebih dari 10 detik).

Pakailah mounting untuk menjaga agar foto bintang tetap bulat, tidak lonjong akibat rotasi Bumi, untuk waktu eksposur selama apapun. Syaratnya, mounting sudah menuju ke arah yang benar. Tapi jika tak punya mounting, pakailah kaidah 600, yakni 600 dibagi panjang lensa/teleskop. Hasilnya adalah batas waktu eksposur.

Sebagai contoh, jika panjang lensa adalah 28mm maka batas waktu eksposur adalah 600 : 28 = 21,42 detik. Jadi, aturlah eksposur tak melebihi waktu itu.

dok. mimoulamiou/pixabay

Kamu juga bisa memotret jejak bintang-bintang, sebagai akibat rotasi Bumi. Caranya, pasang kamera di tripod, atur ISO 800 atau lebih dan aperture besar. Pilih waktu eksposur maksimal (~ 30 detik). Ambil beberapa foto, kemudian lakukan proses penumpukan (overlay).

Untuk pemotretan nebula, gugus bintang, dan galaksi-galaksi, membutuhkan filter tambahan dan sensor kamera yang lebih sensitif daripada kamera DSLR.

Bagaimana dengan kamera pada smartphone? Banyak batasannya. Biasanya hanya terbatas pada objek terang seperti Matahari atau Bulan purnama.

Ada pepatah mengatakan, ala bisa karena biasa. Begitu juga fotografi. Kuncinya berlatih dan berlatih.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.