Press "Enter" to skip to content

26 Juli Hari Mangrove, PMI Ikut Selamatkan Mangrove

Tahukah kamu, pada hari ini, setiap tanggal 26 Juli, diperingati sebagai Hari Mangrove Sedunia. Sebagai negara yang dikaruniai mangrove terluas di dunia, sudah sewajarnya hari ini kita meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan pelajaran yang kita peroleh dalam mengelola mangrove kita selama ini.

Berbagai lembaga turut andil dalam rangka upaya pelestarian ekosistem mangrove yang menjadi penyumbang udara segar dunia.

Seperti yang dilakukan lembaga kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI). Di sepanjang tahun ini PMI telah melakukan penanaman mangrove dan pembuatan rumah-rumah pembibitan mangrove dalam rangka mengatasi abrasi pantai, dengan dukungan beberapa lembaga lainnya seperti Palang Merah Amerika (American Red Cross), USAID dan IPB.

“Kegiatan ini sebagai upaya bagian dari pengurangan risiko di daerah rawan bencana yang telah dilakukan dalam serangkaian program di beberapa provinsi yang meliputi Provinsi Jawa tengah, Provinsi Aceh, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan memperluas pada tahun ini ke wilayah Bengkulu dan NTT di wilayah pesisir melalui dukungan Palang Merah Jepang dan Australia,” kata Herry Firmansyah, Program Manager Pengurangan Resiko bencana berbasis masyarakat (PERTAMA) wilayah Pesisir, Kamis (26/7).

Menurutnya, dengan membentuk dan membina para relawan desa yang tergabung dalam Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) untuk Program Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis Masyarakat, PMI sudah menanam jutaan jutaan ribu mangrove yang tersebar di beberapa wilayah.

“Kita mendapat tanggapan yang sangat positif dan mereka warga masyarakat senang. “Mereka merasa bahwa turut untuk menyelamatkan bumi,” kata Herry.

Dalam upaya pengurangan risiko bencana, salah satunya dengan penanaman Mangrove. Mangrove merupakan tanaman yang cukup hebat dalam menanggulangi abrasi. Selain akarnya yang kuat mencengkeram tanah juga bisa memulihkan ekosistem pesisir. Tanaman mangrove itu bisa menjadi tempat hidupnya ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Ekosistem mangrove adalah tulang punggung perekonomian masyarakat Indonesia. Nilai ekonomi mangrove akan lebih tinggi lagi jika jasa ekosistem lainnya seperti melindungi infrastruktur pesisir dari erosi, gelombang, dan badai, ikut diperhitungkan. Tidak mengherankan jika pemerintah selama tiga dekade terakhir berupaya keras untuk menyelamatkan mangrove.

Kontributor: Atep Maulana

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.