Press "Enter" to skip to content

Mengenal 3 Cagar Biosfer Dunia yang Baru di Indonesia

Indonesia akhirnya punya tiga cagar biosfer baru yang diakui oleh dunia. Pengakuan ini setelah sidang ke-30 “The Man and Biosphere International Co-ordinating Council (MAB-ICC) UNESCO” di Palembang, Sumatera Selatan menetapkan secara resmi tiga nominasi cagar biosfer yang diusulkan Indonesia sebagai cagar biosfer baru dunia, Rabu (25/7/2018).

Ketiga kawasan yang menjadi cagar biosfer baru ini adalah Berbak Sembilang (Sumatera Selatan-Jambi), Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Rinjani-Lombok (Nusa Tenggara Barat). Mari kita ulas sekilas ketiga cagar biosfer ini:

Kawasan Berbak-Sembilang

Kawasan ini terletak di perbatasan Sumatera Selatan dan Jambi. Kawasan cagar biosfer yang berada di pantai tenggara Sumatera ini meliputi Taman Nasional Berbak dan Sembilang serta dua suaka margasatwa.

Di kawasan tersebut terdapat ekosistem hutan rawa gambut yang tidak terganggu serta hutan rawa air tawar, hutan bakau dan hutan dataran rendah di sekitar tepi sungai dengan rawa-rawa yang mencapai kedalaman hingga 10 meter. Perkebunan kelapa sawit, karet, pertanian tradisional (sawah, ladang kering dan lain-lain) dan kayu adalah kegiatan ekonomi utama.

Kawasan cagar biosfer Rinjani-Lombok di Nusa Tenggara Barat

Kawasan ini meliputi Pulau Lombok dengan bentang alam yang terdiri dari daerah pantai yang relatif datar dan daerah perbukitan dan pegunungan. Puncak tertinggi adalah gunung Rinjani, yang merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia (3.726 meter dpl).

Kawasan ini memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, terdiri dari berbagai jenis vegetasi hutan (hutan sabana, gunung dan hutan hujan dataran rendah) dan sekitar 40 persen di antaranya adalah hutan primer. Sumber utama pendapatan penduduk berasal dari hortikultura (sayuran dan buah-buahan), padi, peternakan (sapi, kambing dan ayam) dan budidaya kopi dan kakao.

Kawasan cagar biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Terletak di ujung timur provinsi Kalimantan Barat, kawasan ini terdiri dari dua taman nasional, Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Mempunyai ciri khas unik hutan hujan tropis dataran rendah dan gunung yang merupakan rumah besar bagi keragaman flora dan fauna.

Dengan penambahan tiga kawasan cagar biosfer tersebut, maka jumlah cagar biosfer di Indonesia menjadi 14, yang sebelumnya berjumlah 11 cagar biosfer. Selain itu, juga menambah jumlah cagar biosfer di dunia yang sebelumnya berjumlah 669 yang tersebar di 120 negara di dunia.

Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga Presiden MAB-ICC UNESCO menyambut gembira atas penetapan resmi tiga cagar biosfer baru di Indonesia sebagai cagar biosfer dunia. “Dengan penetapan ini, maka kita harus menjaga kelestarian cagar biosfer tersebut. Apalagi Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya sumber daya hayati, termasuk di dalamnya cagar biosfer. Kita harus memimpin dunia dan ikut menentukan kebijakan-kebijakan pengelolaannya,” kata Enny, dalam keterangannya yang diterima Portal Sains.

Gubernur Sumatera Selatan, Alex Nurdin, mengatakan keberadaan cagar biosfer mendorong pelestarian kawasan hutan dan sekitarnya. Dia mendorong pihaknya untuk memperbaiki hutan yang telah rusak, khususnya di Sumatera Selatan. “Sejak kebakaran hutan dan lahan besar tahun 2015 lalu, sebagian besar hutan di Sumsel mengalami kerusakan hampir 70 ribu hektar,” katanya.

Dia pernah berkeliling ke berbagai negara untuk mengikuti berbagai kegiatan tentang lingkungan dan tujuannya untuk mencari bantuan perbaikan kawasan hutan yang telah rusak. Hasilnya ada 11 lokasi yang dibantu, baik itu bantuan dari pemerintah pusat hingga dari Non Governmental Organization (NGO) yang perduli terhadap lingkungan.

Sementara itu, terkait dengan kerusakan hutan, Wakil Kepala LIPI, Bambang Subiyanto menekankan tentang aspek manusia yang perlu menjadi perhatian utama. “Dalam pengembangan cagar biosfer perlu memerhatikan manusianya, yakni masyarakat lokal dan perusahaan. Perusahaan itu tugasnya adalah pemerintah daerah dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sedangkan kami di LIPI bertugas agar masyarakat lokal di sekitar cagar biosfer mempunyai kehidupan yang layak,” katanya.

Oleh karena itu, Bambang katakan, ketika LIPI masuk ke suatu daerah, maka yang dikirimkan ada dua tim, yakni ilmu sosial dan ilmu pengetahuan alam. Tim ilmu sosial melihat seluruh aspek sosial dari segi budaya, kearifan lokal, kebiasaan dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan kehidupannya. “Sedangkan tim ilmu alam, melihat potensi alam lokal yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk usaha meningkatkan kehidupan mereka,” katanya.

Setelahnya, dia melanjutkan, tim yang telah dikirim akan kembali ke LIPI Pusat dan melakukan pengolahan data penelitian lapangan dan hasilnya menjadi acuan kembali ke daerah. “Ketika kembali ke daerah, maka sudah siap dengan teknologi yang dibutuhkan di masyarakat sekitar cagar biosfer,” ujarnya.

Kemudian, Bambang juga melihat aspek lain dari keberadaan cagar biosfer. Cagar biosfer dapat menjadi ekowisata dengan ditopang tiga unsur utama, yaki infrastruktur yang terbangun baik, keramahan masyarakat, dan sarana untuk tinggal yang baik. “Ekowisata bisa terwujud dengan dukungan dari pemerintah pusat, daerah, dan komunitas lokal yang saling bersinergi dengan baik,” ungkapnya.

Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno menyambung, pengusulan tiga wilayah cagar biosfer baru di Indonesia ini karena didorong potensi luar biasa dari kawasan-kawasan tersebut. Utamanya pariwisata berbasis ekonomi, selain juga keberadaan sumber daya hayatinya.

Menurutnya, tiga cagar biosfer baru akan dikembangkan tanpa merusak hutan di wilayah itu hingga dapat memberikan penghasilan bagi daerah di provinsi masing-masing. “Nantinya setiap desa yang berdekatan dengan cagar budaya biosfer diberikan pendampingan, agar dapat mengembangkan desanya dari aspek ekonomi dan lainnya,” tutupnya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.