Press "Enter" to skip to content

Tak Butuh Amerika, Huawei Berhasil Geser Apple di Pasar Smartphone Global

Huawei, manufaktur smartphone dari China itu, boleh jadi kini kesulitan untuk menembus pasar Amerika Serikat. Itu semua gara-gara tudingan memata-matai negeri adi daya itu. Tapi siapa yang butuh Amerika, toh tanpa Amerika Huawei bisa menduduki peringkat kedua pasar smartphone global.

Begitulah hasil riset pasar yang dilakukan oleh Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker dari International Data Corporation (IDC). Huawei telah menduduki ranking kedua di pasar smartphone global dengan market share 15,8 persen, untuk kali pertama mengalahkan Apple dengan selisih 3,7 persen di seluruh kuartal kedua 2018.

Rahasia keberhasilan Huawei adalah konsistensinya dan investasi yang besar di dalam riset dan pengembangan. Di Huawei, lebih dari 10 persen revenue diinvestasikan pada R&D setiap tahun. Menurut laporan tahunan 2017, ada sekitar 80 ribu staf yang bekerja di R&D, mencapai 45 persen dari total seluruh karyawan. Menurut laporan 2017 EU Industrial R&D Investment Scoreboard dari Komisi Eropa, terkait investasi di R&D, Huawei duduk di ranking 6 di antara seluruh raksasa teknologi dunia pada 2017.

Huawei juga membangun fasilitas untuk keahlian khusus, seperti pusat algoritma di Moskow, pusat desain UX di San Francisco dan pusat desain di London, pusat estetika di Paris, dan pusat pengembangan teknologi 5G di Jerman. Orang-orang terbaik di dunia direkrut untuk memperkuat lini riset dan pengembangan.

“Kami adalah perusahaan dengan obsesi tinggi terhadap R&D. Kami tidak berinovasi untuk menghasilkan temuan yang eksotis, tapi inovasi yang kami ciptakankami berkaitan dengan memfokuskan pada kebutuhan pengguna, sinergi software dan hardware, dan menciptakan value bagi konsumen. Selama tahun-tahun ini, kami telah membangun berbagai saluran untuk mendengar suara pengguna kami, supaya kami bisa meningkatkan layanan dan menciptakan inovasi yang menghasilkan pengalaman yang lebih baik. Strategi ini telah mengangkat kami, dari perusahaan lokal menjadi perusahaan global dan sekarang merebut posisi kedua di pasar smartphone global. Hasil ini juga membuktikan lebih bahwa semakin banyak konsumen yang memilih dan mempercayai kami,” kata Lo Khing Seng, Deputy Country Director Huawei Device Indonesia, dalam keterangannya.

Strategi kolaborasi dilakukan dengan partner kelas dunia untuk menciptakan benchmark tak tertandingi. Sebagai contoh, untuk menciptakan smartphone kamera, Huawei bekerja sama dengan Leica sejak 2016 untuk mengembangkan teknologi lensa dan foto. Pada paruh pertama tahun ini, produk premium P20 Pro dengan triple camera pertama di dunia, telah meraih skor tertinggi dari perusahaan pengotorisasi kualitas foto DxOMark. Huawei juga berpartner dengan brand mewah Porsche Design pada edisi khusus seri Mate, yang direspons sangat baik di pasar smartphone mewah.

Bagaimana dengan pasar Indonesia? Jelas masih banyak pe-er. Kalau kalian perhatikan di banyak sentra penjualan ponsel, nyaris tak ada eksposur Huawei. Ini sebab Huawei lebih condong ke pemasaran digital ketimbang tradisional. Tapi strategi macam ini memang perlu agak dikoreksi. Soalnya belum masif orang Indonesia yang berbelanja via toko online.

Sejumlah pengguna ponsel yang kami tanya, menuturkan bahwa membeli ponsel tak sama dengan produk lain. Kita harus melihat langsung barangnya, look and feel, sebelum memutuskan untuk membeli. Perilaku inilah yang disadari oleh Huawei sehingga memutuskan untuk menyandingkan strategi pemasaran offline dan online.

“Indonesia adalah pasar yang sangat penting bagi Huawei dan kami akan berinvestasi lebih banyak untuk mencapai pertumbuhan dan mengejar posisi puncak, dengan memperkuat di penjualan menghadirkan pelayanan terbaik, meningkatkan komunikasi, dan membawa smartphone terbaik kami ke Indonesia,” kata Lo Khing Seng. “Khususnya untuk smartphone premium, kami dulu seringkali terlambat memutuskan peluncuran smartphone terbaru, tapi sekarang situasi akan sangat berubah.”

Huawei telah meluncurkan nova 3i pada 31 Juli lalu, produk smartphone yang mengandalkan fitur-fitur premium macam empat kamera yang ditenagai teknologi artificial intelligence (AI). Smartphone ini dibanderol Rp4.199.000.

Sebelumnya, pada awal Juli, Huawei sudah memboyong P20 Pro, jagoannya di pasar premium. Smartphone ini juga mengutilisasi AI di banyak fiturnya, termasuk triple camera di belakang, yang sangat revolusioner.

Jadi, mampukah Huawei mengubah pandangan lawas, bahwa Huawei itu sekadar merek modem dan ponsel murah? Semua tergantung pada keberhasilan Huawei mengeksekusi strateginya. Biar waktu yang akan menjawab.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.