Press "Enter" to skip to content

Sepintas Mengenal Anak Krakatau, di Balik Tsunami Banten

Bencana alam ombak tsunami telah melanda kawasan Banten, khususnya kawasan Tanjung Lesung, Labuan, dan Carita, Sabtu (22/12) malam. Disebut-sebut, tsunami ini dipicu longsoran di gunung api Anak Krakatau.

Sedikit mengenal Anak Krakatau. Anak Krakatau berada di sebuah pulau bernama sama, yang muncul di lokasi Gunung Krakatau yang meletus hebat pada 1883.

Gunung Anak Krakatau muncul dari laut pada 11 Juni 1930 akibat aktivitas magma di dalam kaldera Gunung Krakatau.

Sejak letusan hebat yang memicu tsunami dahsyat tahun 1883, Anak Krakatau pernah meletus lagi secara periodik pada 2009, 2010, 2011, and 2012.

Pada akhir 2011, Pulau Anak Krakatau telah memiliki radius sekitar 2 kilometer persegi. Titik tertinggi di pulau itu adalah 324 meter di atas permukaan laut. Diestimasi ketinggian ini bertambah dengan laju 5 meter setiap tahun. Pada 2017, ketinggian Anak Krakatau sudah mencapai 400 meter persegi.

Anak Krakatau saat ini berada dalam status Waspada, yang ditetapkan sejak 2012. Ini maksudnya, aktivitas gunung ini bisa meningkat: bisa jadi meletus atau tidak, atau erupsi mungkin hanya terjadi di area kawah.

Pada saat kejadian tsunami kemarin, PVMBG tidak mendeteksi aktivitas yang meningkat drastis. Sehingga muncul dugaan bahwa tsunami dipicu oleh longsoran material gunung ini di dalam laut. Tapi pihak yang berwenang masih melakukan penelitian lebih lanjut.

Jelasnya, tsunami yang melanda tadi malam telah merenggut ratusan korban jiwa, korban luka, dan puluhan orang masih belum ditemukan. Tapi Gunung Krakatau meninggalkan catatan paling kelam dan menyedihkan dalam sejarah bangsa ini. Letusan pada 1883 yang terjadi tepatnya pada tanggal 26-27 Agustus 1883, adalah letusan paling mematikan, bahkan dalam sejarah dunia.

Saat diukur dengan Volcanic Explosivity Index (VEI), letusan 1883 setara dengan letusan 200 megaton bom TNT. Letusan itu melontarkan 25km kubik material. Letusannya terdengar sampai sejauh 3.600 km.

Catatan pemerintahan kolonial Belanda yang berkuasa di Indonesia saat itu, sebanyak 165 desa dan kota hancur lebur. Setidaknya 36.417 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.