Kawasan Danau Sentani bagian barat, Kabupaten Jayapura, ternyata sudah dihuni manusia sejak zaman prasejarah. Hal ini terlihat dari situs-situs arkeologi beserta tinggalannya yang masih dapat dilihat hingga saat ini.
Situs Warako terletak di Tanjung Warako, Kampung Doyo Lama. Situs ini merupakan sebuah tanjung yang dikelilingi oleh perairan danau. Permukaan situs ditumbuhi oleh rumput-rumput ilalang, pohon sagu serta pohon daun tikar. Tinggalan arkeologi yang terdapat di situs ini yaitu pecahan gerabah dan papan batu.
Berdasarkan cerita rakyat Doyo Lama, Situs Warako pada masa lalu pernah dijadikan sebagai lokasi hunian nenek moyang masyarakat Doyo Lama ketika mereka berpindah dari Pulau Kwadeware.
Selain itu, perairan sekitar Kampung Doyo Lama, terdapat bekas-bekas tiang rumah di dalam air. Tiang-tiang rumah ini dari batang pohon soang (Xanthostemon sp.). Kayu pohon ini keras dan mampu bertahan lama, sehingga secara tradisional oleh masyarakat Sentani dijadikan sebagai tiang rumah. Lokasi bekas-bekas tiang rumah ini disebut Ayauge.
Ayauge merupakan situs hunian dengan rumah-rumah panggung di tepi Danau Sentani. Ayauge pada masa lalu dipilih sebagai lokasi hunian oleh nenek moyang masyarakat Doyo Lama ketika mereka berpindah dari Tanjung Warako. Lingkungan sekitar Situs Ayauge banyak ditumbuhi pohon sagu dan permukaan airnya banyak terdapat bunga teratai.
Pulau Mantai merupakan salah satu dari 21 pulau di tengah Danau Sentani. Situs arkeologi yang terdapat di wilayah ini yaitu tinggalan megalitik megalitik berupa batu beranak, batu rejeki dan batu perang. Untuk menjangkau pulau tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan “long boat” atau perahu bermesin dari dermaga Kampung Toware selama kurang lebih 20 menit ke arah Kampung Kwadeware. Pulau Mantai meupakan pulau kosong, tidak berpenghuni dan hanya dijadikan sebagai tempat berkebun.
Tentang Tutari yang Unik
Situs arkeologi yang sudah sangat dikenal publik di Kampung Doyo lama yaitu Situs Megalitik Tutari. Situs Megalitik Tutari berada di Bukit Tutari. Situs ini menyimpan sejarah kebudayaan masyarakat di pinggir Danau Sentani pada masa prasejarah, tepatnya zaman neolitik akhir. Pada zaman itu, manusia mulai hidup bercocok tanam, berkelompok, menetap, dan tinggal bersama dalam kampung. Sejarah kebudayaan mereka terlihat dari peninggalan-peninggalan di situs ini. Peninggalan di situs ini antara lain batu lukis, batu bongkahan berbentuk arca, batu berbaris, dan menhir (batu berdiri).
Pemanfaatan Situs Megalitik Tutari Papua sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya untuk kepentingan pembangunan karakter bangsa seperti pendidikan dan pariwisata budaya dapat dilakukan dengan mata pelajaran muatan lokal.
Situs Megalitik Tutari dapat dijadikan sebagai destinasi pendidikan atau wisata edukasi bagi pelajar sekolah. Situs Megalitik Tutari memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah bagi siswa sekolah. Dengan membawa siswa langsung mengunjungi Situs Megalitik Tutari sehingga siswa tidak bosan hanya belajar dalam ruang kelas dan dapat memperkaya kreativitas siswa.
Selain itu dengan mengunjungi Situs Megalitik Tutari akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal lebih dekat tentang Situs Megalitik Tutari, meningkatkan rasa ingin tahu siswa tentang Situs Megalitik Tutari, meningkatkan wawasan siswa tentang Situs Megalitik Tutari melalui proses pengamatan langsung di Situs Megalitik Tutari, menumbuhkan motivasi pada siswa untuk menghargai tinggalan arkeologi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Situs Megalitik Tutari dapat dimanfaatkan guna kepentingan pariwisata dengan pendekatan pada wisata sejarah dan wisata budaya. Pemanfaatan Situs Megalitik Tutari sebagai destinasi wisata mengedepankan pelestarian dengan tidak mengubah bentuk, warna ataupun tata letak tinggalan megalitik. Terlebih dengan tidak melakukan tindak vandalisme seperti merusak, mengganggu objek maupun lingkungan sekitar yang dapat memengaruhi kualitas tinggalan megalitik, serta tetap memerhatikan aturan hukum adat dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat Doyo Lama.
Tentang Situs Tutari, kamu bisa cek video di bawah ini:
Penulis: Hari Suroto (Arkeolog, Tinggal di Jayapura)
Be First to Comment