Ada sebuah penelitian yang diterbitkan di British Journal of Nutrition pada 2016 yang lalu, yang melaporkan bahwa 8 dari 10 anak Indonesia kekurangan asupan asam lemak esensial seperti omega-3 (EPA dan DHA). Padahal kehadiran lemak dan omega-3 berperan penting bagi tubuh. Salah satu sumber asam lemak esensial itu adalah ikan, termasuk di dalamnya ikan tilapia.
Anak-anak Indonesia masih berada dalam bahaya, meski telah terjadi penurunan angka gizi buruk dan stunting. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018 yang digelar oleh Kementerian Kesehatan RI, angka gizi kurang telah turun dari 19,8 persen ke 17,7 persen. Keberadaan anak stunting turun dari 37,8 persen menjadi 30,8 persen.
Sebaliknya, angka obesitas pada anak-anak Indonesia malah cenderung meningkat, akibat dari pola diet yang salah serta konsumsi makanan yang mengandung gula berlebihan. “Indonesia mengalami double burden malnutrition, atau biasa disebut gizi ganda, sehingga di satu sisi anak-anak Indonesia masih ada yang mengalami kekurangan gizi dan stunting, di sisi lain anak-anak juga mengalami over malnutrition obesitas,” tutur Dr. Dase Hunaefi, pakar bioteknologi makanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Dase mengatakan, anak-anak Indonesia membutuhkan keseimbangan, sebab permasalahan gizi anak berhubungan dengan pola diet dan kebiasaan konsumsi. Anak-anak yang kekurangan gizi kebanyakan mengandalkan makanan yang mengandung karbohidrat saja sehingga mengalami KEP (kekurangan energi protein) dan kebanyakan mereka berasal dari kalangan perekonomian lemah. Akibatnya, mereka akan mengalami gangguan perkembangan otak sehingga tidak bisa tumbuh dengan normal.
Sebaliknya, anak-anak yang kelebihan gizi sebetulnya sudah mencukupi kebutuhan gizinya. Namun karena sifat manja dan kasih sayang berlebihan dari orangtua, anak-anak dibiarkan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, biasanya berbasiskan daging dan minuman dengan kadar gula tinggi. Sedangkan konsumsi ikan dan sayuran kurang digemari.
Ikan, kata Dase, sangat cocok bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan. Sebab ikan mengandung gizi yang baik dan berimbang di mana ikan mengandung asam lemak esensial dan protein tinggi, yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Protein akan membantu meregenerasi sel dan untuk pertumbuhan sel anak. Adapun asam lemak esensial sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan sel otak anak. Kandungan mineral ikan sangat membantu fungsi faal tubuh agar bekerja dalam pertumbuhan dengan sangat baik, contohnya kalsium dan magnesium, yang penting untuk tulang anak anak. Sedangkan vitamin yang ada dalam ikan sangat penting pemeliharaan kesehatan tubuh dan fungsi fungsi biokimia tubuh anak.
Ikan air tawar tak kalah bernutrisi dibandingkan ikan air laut. Bahkan, ikan air tawar seperti ikan tilapia, justru mengandung omega 3 dan omega 6 yang seimbang dan mencukupi kebutuhan gizi bagi anak anak. Menurut Dase, per sajian 100gram ikan tilapia menghasilkan 110 kkal. Kontribusi gizi ikan tilapia terhadap angka kecukupan gizi (AKG): Lemak dan Asam lemak esensial 0,5 g= 1% AKG; protein yang sangat tinggi 20 gram = 34% AKG; karbohidrat total 6 gram = 2% AKG; Natrium 25 mg = 2% AKG; Kalium 340 mg = 7% AKG; Vitamin D 230 % AKG; dan Kalsium = 10% AKG.
Di mana mencari ikan tilapia? Tak sulit kok. Salah satu produsen ikan tilapia premium yang berstandar global adalah Regal Springs Indonesia. Kamu sudah bisa menemukan ikan tilapia beku yang segar dan sehat di berbagai supermarket di Indonesia.
Ikan tilapia produksi Regal Springs Indonesia telah mematahkan banyak anggapan orang mengenai ikan air tawar. Ikan tilapia Regal Springs Indonesia dibudidayakan secara berkelanjutan di perairan air tawar di danau Toba dan di Jawa Tengah dengan kualitas air yang sangat baik, serta diberi pakan yang bebas bahan kimia, pengawet, dan antibiotik, sehingga menghasilkan ikan kelas premium yang sehat dan bebas bau tanah atau lumpur.
“Dalam rangka Hari Anak tahun ini, kami ingin berkontribusi pada upaya pemenuhan gizi anak-anak kita dengan menghadirkan bagi konsumen di Indonesia pilihan ikan air tawar yang sehat dan penuh gizi dan nutrisi, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di Indonesia,” tutur Yeri Afrizon, Head of Sales & Marketing, Regal Springs Indonesia.
Tilapia yang Mudah Diolah untuk Jadi Menu Kesukaan Anak-Anak
Menu ikan bukanlah menu yang dapat disukai dengan mudah oleh anak-anak. Oleh sebab itu, perlu ada usaha lebih dari orang tua untuk menyajikan lauk dengan ikan sebagai menu utamanya. Tapi dengan tilapia, kerepotan yang berlebihan tak perlu terjadi lagi.
Selain mengandung nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan tumbuh kembang anak, menurut chef ternama Norman Ismail, tilapia juga cukup mudah diolah dan menjadi menu kesukaan anak-anak.
Bercermin pada kasus anak-anaknya sendiri, Chef Norman menuturkan, pada awalnya anak-anaknya pun kurang menyukai ikan, padahal nutrisinya sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang mereka. Oleh sebab itu, Chef Norman kemudian menyiasati dengan menghadirkan ikan dalam bentuk yang lain. Misalnya dalam bentuk baso dan sate. “Lama kelamaan mereka familiar dengan rasa dan teksturnya, sehingga kemudian menyukai ikan tilapia,” tuturnya.
Ikan tilapia yang dijual dalam bentuk fillet tanpa kulit dan duri juga sangat memudahkan siapapun dalam mempersiapkan dan menyajikan menu masakan yang enak. Bahkan, anak-anak Chef Norman sudah bisa membuat masakan ikan yang simple tapi enak. “Anak saya yang SMP sudah bisa bikin menu sendiri, misalnya pan seared, ikan yang dimasak hanya dengan lada, garam, dan minyak zaitun, sekarang mereka lebih menyukai ikan daripada ayam,” katanya.
Memasak tilapia juga tak membutuhkan waktu lama. Apabila potongan fillet-nya tak tebal, tiap sisi hanya butuh 2 menit untuk matang dan siap disantap. Selain itu, ikan tilapia beku mempersingkat waktu persiapan memasak, sebab ikan ini tak perlu dibersihkan lagi. Lagipula, ikan tilapia itu enak dimasak dengan menu apa saja, bisa menu western, Asia, atau bahkan masakan lokal Indonesia.
Be First to Comment