Press "Enter" to skip to content

Ketika Teori Gravitasi dan Relativitas Umum Terasa Usang

Teori gravitasi telah mengantar Isaac Newton menjadi ilmuwan besar sejagad sepanjang masa. Tetapi riset terbaru mengenai Lubang Hitam (black hole) telah membuat teori Newton terasa usang. Kini gantian teori Albert Einstein yang dipertanyakan.

Sudah lebih dari 100 tahun sejak Einstein menerbitkan teori ikoniknya, Relativitas Umum. Kini teori itu perlu diteliti lebih lanjut dalam hubungannya dengan penelitian terhadap Black Hole yang kian intensif.

Professor Andrea Ghez dari University of California telah menyatakan bahwa teori relativitas umum dari Einstein harus ditinjau kembali sebab ada celah di sana. Sejak penemuan Black Hole, kita belum bisa menjelaskan tentang gravitasi di dalam sana. “Pada titik tertentu kita perlu meninggalkan teori Einstein dan bicara tentang teori yang lebih komprehensif tentang gravitasi yang dapat menjelaskan apa itu black hole,” ujar Ghez, seperti dilansir Express.co.uk.

Teori relativitas umum yang dicetuskan pada 1915 menyatakan bahwa apa yang kita rasakan sebagai gaya gravitasi muncul dari kelengkungan ruang-waktu.

Ilmuwan mengusulkan benda-benda langit seperti Matahari dan Bumi mengubah geometri ini. Teori Einstein bisa dibilang sebagai deskripsi terbaik tentang bagaimana gaya gravitasi bekerja. Tapi hukum fisika, termasuk gravitasi, harus valid di mana saja di alam semesta ini. Termasuk bisa diterapkan pada Black Hole.

Ghez dan timnya kemudian mengamati sebuah bintang bernama So-2 yang mengorbit secara tiga dimensi di sekitar Black Hole supermasif di pusat Tata Surya kita, dari W.M. Keck Observatory di Hawaii. Bintang ini mengorbit penuh selama 16 tahun dan massa Black Hole itu sekitar empat juta kali Matahari. Data kunci yang mereka dapatkan adalah bahwa adanya spectra yang diamati pada April, Mei, dan September, saat bintang itu mendekati Black Hole.

Spectra, yang disebut sebagai “Pelangi Cahaya”, menunjukkan intensitas cahaya dan informasi penting mengenai bintang So-2 dari mana cahaya itu berasal. Spectra juga menunjukkan komposisi penyusun bintang So-2. Data ini kemudian dikombinasikan dengan pengukuran yang dilakukan Ghez dan timnya selama 24 tahun terakhir.

Instrumen spektrograf di Observatory menghasilkan wujud tiga dimensi, menampilkan pergerakan bintang itu secara presisi. Instrumen ini mengambil cahaya dari bintang lalu menyebarkannya, sebagaimana butiran hujan menyebarkan cahaya dari Matahari, sehingga menghasilkan pelangi. “Apa yang istimewa dari So-2 adalah kita kini punya data orbit komplitnya dalam tiga dimensi,” kata Ghez. “Ini menjadi tiket masuk kita untuk menguji relativitas umum, bagaimana gravitasi di sekitar Black Hole dan apakah teori Einstein bisa menjelaskan soal itu.”

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.