Sungai Baliem merupakan sungai besar yang terletak di dataran tinggi Papua, berada pada ketinggian 1650 meter di atas permukaan laut. Sungai ini mengalir sejauh 80 km melalui Lembah Baliem ke arah selatan, bermuara di Pantai Asmat. Air Sungai Baliem terkenal sangat dingin, bersuhu 14 hingga 18°C.
Sungai ini merupakan habitat alami udang selingkuh, udang endemik Sungai Baliem.
Pada daerah sekitar tepian sungai dijadikan lahan kebun oleh Suku Dani. Alirannya berliku-liku seolah-olah tampak seperti ular besar. Suku Dani memiliki mitos terjadinya sungai ini, pada zaman dulu ada seekor ular besar, yang suka memangsa anak laki-laki.
Pada suatu hari dalam satu keluarga, lahirlah seorang anak laki-laki yang sangat dicintai oleh orang tua dan kakak perempuannya. Apabila orang tua pergi berkebun, anak perempuan mereka ditugaskan untuk menjaga adik laki-lakinya, dengan pesan agar segera memanggil bapaknya kalau ular, si pemakan anak-anak itu tiba-tiba muncul.
Pada suatu hari ular itu tiba-tiba datang. Anak perempuan segera berteriak memanggil bapaknya. Bapak itu datang dengan membawa kapak batu dan menyerang ular, maka terjadi perkelahian sampai akhirnya ular itu mati dipotong menjadi dua.
Sejak saat itu ular berubah menjadi Sungai Baliem dan kepalanya mengalir ke utara sedangkan ekornya mengalir ke selatan.
Namun saat ini Sungai Baliem tidak mengalir ke utara. Mungkin saja pada masa lalu terjadi gempa bumi atau tanah longsor, sehingga menutup aliran Sungai Baliem yang mengarah ke utara.
Sungai Baliem dengan debit air yang melimpah dan stabil, berpotensi untuk listrik bertenaga energi terbarukan. Pada 2012 PLN telah membangun PLTA Baliem dengan dengan kapasitas 50 MW, PLTA yang dibangun ini terdiri atas 10 unit mesin berkapasitas masing-masing 5 MW.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment