Hutan Amazon terbakar hebat baru-baru ini. Padahal hutan tropis itu menjadi tempat hidup banyak makhluk hidup, mulai dari flora, fauna, sampai manusia asli. Hutan itu juga menyimpan cadangan karbon untuk menjaga iklim kita.
Tapi ada yang bertanya, dengan kebakaran hebat yang terjadi, akankah pasokan oksigen dunia terancam? Soalnya salah satu pemimpin negara sempat menyatakan bahwa Amazon, yang merupakan salah satu paru-paru dunia yang memproduksi 20 persen oksigen planet Bumi. Benarkah Bumi kita terancam?
Klaim yang menyatakan Amazon memproduksi 20 persen oksigen itu sebetulnya keliru. Faktanya, seperti dilansir Live Science, semua oksigen yang kita hirup di Bumi ini asalnya dari samudera dan stoknya itu sangat cukup sampai jutaan tahun.
Memang, hampir semua oksigen bebas di udara diproduksi oleh tanaman melalui proses fotosintesis. Sekitar sepertiga dari fotosintesis tanah terjadi di hutan tropis, yang terbesar di antaranya terletak di cekungan Amazon. Tapi secara virtual, semua oksigen hasil fotosintesis tadi tiap tahun dikonsumsi oleh organisme hidup dan api. Pohon terus menerus membuang daun dan akar yang mati, untuk memberi makan organisme lain, seperti serangga dan mikroba. Nah, dalam proses itu, mikroba membutuhkan oksigen juga.
Tumbuhan hutan menghasillkan banyak oksigen dan mikroba di hutan juga mengkonsumsi banyak oksigen. Kalau dihitung-hitung, net production oksigen dari hutan dan semua tanaman darat, hampir mendekati nol. Lantas, dari mana dong sumber oksigen kita yang utama? Jawabannya adalah lautan!
Bagaimana oksigen diproduksi di lautan? Kamu harus tahu bahwa di lautan juga terjadi fotosintesis. Fotosintesis dialami oleh phytoplankton dan rumput laut. Keduanya menggunakan karbondioksida, air, dan energi dari matahari untuk menghasilkan makanan untuk diri mereka, lalu merillis oksigen dalam prosesnya. Semua proses ini terjadi di lautan.
Dilansir dari ocean.si.edu, tumbuhan darat muncul dalam catatan fosil 470 juta tahun lalu. Tapi lautan menghasilkan oksigen sudah berlangsung selama miliaran tahun. Fosil organisme tertua adalah milik cyanobacterium laut dari 3,5 miliar tahun lalu. Daratan juga harus berterima kasih kepada lautan, sebab tanaman darat berevolusi dari ganggang laut hijau.
Organisme laut bernama Prochlorococcus melakukan fotosintesis lebih banyak dari organisme apapun di muka Bumi ini. Diperkirakan, sebanyak 20 persen oksigen yang ada di atmosfer kita ini diproduksi oleh Prochlorococcus dan fakta ini baru diketahui sejak 1988 lalu.
Fotosintesis di laut terjadi di area yang disebut oleh para ahli sebagai “zona fotografis”, yaitu lapisan laut bagian atas yang diterangi sinar matahari. Zona ini sampai kedalaman sekitar 200 meter di bawah permukaan laut. Tapi sulit sebenarnya ditentukan batas kedalamannya. Sebab di bawah zona itu ada sejenis ganggang merah bernama Corallinales yang sanggup berfotosintesis pada kedalaman sampai 268 meter di bawah permukaan laut.
Warna merah Corallinales berasal dari pigmen yang memungkinkannya menyerap cahaya biru dan hijau, yang merupakan satu-satunya jenis cahaya yang berhasil disaring hingga ke kedalaman itu. Fotosintesis ini pun menghasilkan oksigen meskipun sinar matahari yang sampai ke sana sedikit sekali.
Jadi begitulah. Walau begitu, kita tetap harus berusaha mencegah terjadinya kebakaran hutan dan menjaga kelestariannya. Sebab, biar bagaimana pun hutan memainkan peranan penting dalam ekosistem yang kita hidupi di muka Bumi. Kalau hutan sampai habis, ketidakseimbangan alam akan terjadi dan dampaknya kita sendiri yang akan merasakan.
Be First to Comment