Press "Enter" to skip to content
Manusia Neanderthal (dok. commons.wikimedia.org/photaro)

Homo erectus Diduga Hidup Lebih Lama di Indonesia

Hanya 60.000 tahun selisih antara kepunahan Homo erectus di Pulau Jawa dan kedatangan manusia modern. Peneliti mendapati bahwa Homo erectus ternyata masih hidup di Pulau Jawa sampai 100.000 tahun lalu. Lalu 40.000 tahun yang lalu, manusia modern menempati Pulau Jawa.

Homo erectus bermigrasi ke Pulau Jawa ketika pulau ini masih bergabung dengan daratan benua Asia dan hidup di kawasan ini selama 1,5 juta tahun. Mereka masih hidup di Jawa sampai 100.000 tahun lalu, ketika spesies mereka di belahan bumi yang lain sudah punah. Melalui sebuah penelitian DNA terhadap fosil Homo erectus, diketahui juga bahwa jejak DNA spesies ini juga ada di antara populasi manusia Asia Tenggara modern.

Dengan pengetahuan baru ini diketahui bahwa, “Durasi okupasi Homo erectus di Asia Tenggara adalah tiga kali lebih lama dari spesies kita sendiri di planet ini,” kata Patrick Roberts, arkeolog dari Max Planck Institute for the Science of Human History di Jena, Jerman, kepada Sciencemag.org.

Homo erectus muncul di Afrika pada 1,9 juta tahun yang lalu. Kelompok manusia purba pembuat alat batu ini punya volume otak yang lebih besar dan bermigrasi ke luar Afrika dan melintasi Asia, melintas ke Jawa melalui daratan sekitar 1,6 juta tahun lalu. Saat itu Pulau Jawa ditutupi vegetasi serupa savana. Kemudian permukaan laut naik dan mengisolasi manusia purba itu di Pulau Jawa yang terputus dari daratan utama.

Sementara di tempat lain, seperti di Afrika dan daratan utama Asia, Homo erectus menghilang pada 500.000 tahun yang silam.

Pada 1930-an, satu tim ekspedisi dari Belanda melakukan penggalian di situs desa Ngandong. Mereka menemukan banyak fosil langka, seperti puluhan ribu tulang binatang, 12 fragmentasi tulang dan dua tulang kaki yang diidentifikasi sebagai Homo erectus. Tapi mereka tak bisa mengukur usia tulang pada waktu itu. Begitu juga para ahli setelah mereka, meski metode penanggalan sudah bagus. Sebab untuk melakukan penanggalan, mereka perlu tahu dari lapisan sedimen mana tulang itu diangkat. Tapi tak seorang pun tahu.

“Fosil itu seperti enigma, banyak orang mencoba mencari tahu usianya tapi tak ada cara yang akurat, kata penulis studi, ahli paleoantropologi Russell Ciochon dari Universitas Iowa di Iowa City.

O. Frank Huffman, arkeolog dari Universitas Texas di Austin, menghabiskan 5 tahun meneliti foto dan catatan dari ekspedisi Belanda sebelumnya. Dia bahkan bertemu dengan para cucu dari peneliti. Mereka kemudian mendapati bahwa ekskavasi tahun 1930 berlokasi dekat perkebunan tebu. Pada 2008 dan 2010, Tim Ciochon’ melakukan ekskavasi kembali di situs itu dan menemukan 867 fosil baru yang merupakan tulang dari rusa, sapi liar, dan stegodon.

Berdasarkan foto dan dokumen penelitian awal, mereka menyimpulkan bahwa fosil-fosil yang mereka temukan berasal dari lapisan yang sama dengan penggalian 1930. Mereka menggunakan 5 tipe penanggalan radiometrik, termasuk sebuah metode baru untuk menghasilkan usia minimal dan maksimal dari sedimen yang ada di sekitar fosil. Mereka menyimpulkan bahwa tulang-tulang itu terkubur antara 117.000 dan 108.000 tahun lalu, begitu mereka tulis di jurnal Nature.

Homo erectus sendiri diyakini tak punah begitu saja. Manusia purba ini berevolusi menjadi dua spesies yang juga menjelajahi Asia Tenggara, yaitu Homo floresiensis yang ditemukan di Flores dan Homo luzonensis, yang ditemukan di Pulau Luzon di Filipina, yang diduga punya kaitan dengan Denisovan, sepupu manusia Neanderthal. Denisovan diduga berhubungan dengan manusia modern di Indonesia dan Nugini, sekitar 30.000 tahun lalu. Diduga, itulah yang menyebabkan ditemukannya jejak DNA H. erectus di beberapa manusia modern di Asia Tenggara.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.