Press "Enter" to skip to content
dok. commons.wikimedia.org/patargogo

Berkembangnya Budaya Austronesia di Timur Nusantara

Wilayah pesisir Papua merupakan daerah yang cukup strategis bagi masuk dan berkembangnya budaya Austronesia. Letak geografis Papua merupakan bagian dari wilayah Pasifik paling ujung barat sebagai daratan yang menghubungkan antara kawasan Asia Tenggara dengan kawasan Pasifik. Lokasi ini merupakan daerah yang strategis untuk persinggahan lalu lintas migrasi dari barat ke timur.

Berbagai bukti arkeologis dan bentuk-bentuk budaya berkelanjutan yang ditemukan di daerah pesisir Papua menunjukkan keberadaan budaya Austronesia di kawasan paling timur Indonesia ini.

Budaya Austronesia adalah budaya yang dikenal dan disebarkan oleh bangsa-bangsa yang menggunakan bahasa Austronesia di kawasan antara Madagaskar di belahan barat hingga Easter Island (wilayah Pasifik) di belahan timur, serta Taiwan di sebelah utara. Bukti budaya tersebut yang terdapat di Papua adalah penggunaan bahasa Austronesia.

Berdasarkan hasil penelitian, wilayah Papua yang tergolong memakai bahasa Austronesia adalah Pulau Yapen, Kabupaten Raja Ampat, Biak, Waropen, daerah di sekitar Teluk Wandamen, kawasan sepanjang Pantai Teluk Cenderawasih, daerah di ujung barat Pulau Papua dari Kabupaten Sorong ke arah selatan sepanjang Pantai Selat Sele, daerah sekitar Teluk Bintuni, Teluk Arguni, hingga daerah pesisir Teluk Etna.

Selain itu, masyarakat Papua yang mendiami Kabupaten Fak-fak, Raja Ampat serta Teluk Yotefa, Waena dan Sentani di utara Jayapura menerapkan organisasi kemasyarakatan dengan sistem hirarki dimana para pemimpinnya dijabat secara turun temurun. Ini merupakan bukti lain budaya Austronesia yang ditemukan di daerah pesisir Papua.

Budaya seperti demikian, tidak ditemukan di masyarakat Pegunungan Tengah yang cenderung menganggap sesama mereka memiliki derajat dan martabat yang sama.

Sementara itu, tradisi merajah tubuh atau membuat tato yang ditemukan di masyarakat pesisir utara Papua, Teluk Cenderawasih dan daerah Kepala Burung juga merupakan bukti adanya budaya Austronesia di wilayah ini. Suku-suku yang merajah tubuh diantaranya Suku Meybart yang tinggal di daerah Kepala Burung, Suku Waropen, Suku Biak-Numfor dan orang Sentani, Jayapura.

Salah satu tradisi yang sudah punah pada masyarakat Sentani, Papua adalah tato. Tato secara tradisional dibuat dengan menggunakan duri sagu atau duri umbi.

Duri dicelupkan ke dalam larutan getah yang dicampur arang. Duri ini kemudian ditusuk-tusukkan pada bagian tubuh yang akan ditato. Motif tato biasanya berbentuk gambar fauna Sentani atau lambang.

Tato bagi masyarakat Sentani adalah simbol kekuasaan, kecantikan, dan status sosial seseorang. Oleh karena itu, jenis dan bentuk tato tergantung pada status sosial dan jenis kelamin. Laki-laki Sentani mempunyai tato yang bercorak sederhana. Sedangkan tato perempuan Sentani bercorak lebih kompleks.

Gerabah merupakan alat dapur berbentuk wadah terbuat dari tanah liat yang dibakar dan memiliki fungsi untuk memasak berbagai makanan, seperti papeda, keladi, ubi, ikan dan sayur. Gerabah juga dapat digunakan untuk menyimpan sagu dan air. Masyarakat Kampung Abar, Sentani menyebut hele untuk gerabah berukuran besar dan sempe untuk gerabah berukuran kecil.

Penggunaan gerabah di Papua diperkenalkan oleh penutur Austronesia yang datang ke Papua pada masa neolitik atau 3000 tahun yang lalu. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa gerabah ditemukan di situs-situs arkeologi yang terdapat di pesisir utara Papua.

Gerabah tidak ditemukan di wilayah pegunungan dan pesisir selatan Papua. Berdasarkan data etnografis, tradisi pembuatan gerabah di Papua hanya ditemukan di wilayah pesisir utara saja, diantaranya Kayu Batu, Depapre, Kampung Abar, Saberi, Mansinam, dan Kurudu.

Di Papua saat ini hanya tinggal masyarakat Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura saja yang tetap eksis memproduksi gerabah, sedangkan di wilayah lainnya tradisi tersebut sudah punah.

Penulis: Hari Suroto (Balai Arkeologi Papua) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.