Raja Ampat adalah kawasan perairan yang indah. Masyarakat punya cerita dan mitologi yang menarik di sana. Mitologi yang dipercaya oleh masyarakat Raja Ampat berkaitan dengan asal usul mereka adalah kisah tentang penemuan telur oleh Boki Deni, istri Alyab.
Jadi, Boki Deni menemukan tujuh butir telur di pinggir Sungai Wawage atau Kali Raja, yang sekarang ini secara administratif masuk dalam wilayah Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit. Butir-butir telur itu pada mulanya hendak dimakan oleh Alyab, sang suami. Tetapi sang istri menghalangi keinginannya karena itu dibawa pulang ke rumah dan disimpan.
Beberapa hari kemudian lima dari ketujuh telur itu menetas menjadi manusia (empat laki-laki dan seorang perempuan), dua telur yang tersisa, satu menetas menjadi roh atau mahluk halus, sedangkan yang lainnya lagi tidak menetas tetapi berubah menjadi batu. Batu telur raja ini sekarang masih dapat dijumpai di Situs Kali Raja. Tersimpan dalam bangunan kecil, batu telur raja ini berwana putih, dibaluti kain berwarna putih dan sebuah kelambu putih. Anak laki-laki yang menetas dari telur, kemudian berkuasa di daerah itu dan bergelar fun.
Urutan paling tua atau anak pertama adalah fun Giwar, kedua adalah fun Tusan dan ketiga adalah fun Mustari. Bersama mereka ada empat saudara yang lain, yaitu fun Kilimuri (anak keempat) pergi meninggalkan Waigeo dan tinggal di Pulau Seram, fun Sem (anak kelima) menjelma menjadi roh atau mahluk halus dan oleh sebab itu tempat tinggalnya tidak diketahui, Pin Tike (anak keenam adalah seorang perempuan). Saudara yang ketujuh berubah menjadi batu dan sampai sekarang tinggal di Kali Raja, Waigeo.
Pada mulanya mereka hidup bersama-sama di Kali Raja, tetapi oleh karena bertengkar maka berpisahlah mereka. Saudara yang yang tertua, fun Giwar tetap tinggal di Kali Raja dan menjadi Raja Waigeo, saudara kedua fun Tusan, berpindah dan mendirikan kekuasaannya di Salawati, saudara ketiga fun Mustari berpindah dan mendirikan kekuasaannya di Pulau Misool dan saudara yang keempat fun Kilimuri memisahkan diri ke Pulau Seram.
Sedangkan Pin Take (saudara perempuan), menurut mitos, ia hamil tanpa suami ketika dewasa, sehingga peristiwa itu menyebabkan saudara-saudaranya menjadi malu. Oleh karena itu, ia dihanyutkan oleh saudara-saudaranya ke laut. Beberapa waktu kemudian terdampar di Pulau Numfor, bertemu dengan Manar Maker (tokoh mitos Biak-Numfor), satu bulan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Gurabesi atau Kurabesi. Ketika Kurabesi besar, ia kembali ke Waigeo dan bersama pamannya fun Giwar dan anak Giwar yang bernama Mereksopen, membantu Raja Tidore berperang melawan Raja Ternate. Sebagai hadiah kepada Kurabesi atas kemenangannya melawan Ternate, ia dinikahkan dengan putri Sultan Tidore, Boki Taiba. Kurabesi dan istrinya kemudian kembali dan menetap di Wawiyai, Waigeo, Raja Ampat sampai akhir hidupnya.
Penulis: Hari Suroto (Arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari
Be First to Comment