Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengusulkan Kebun Raya Bogor menjadi Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) ke UNESCO. Seperti dilansir dari lipi.go.id, usulan ini telah disampaikan pada 2017 lalu dan pada 26 April 2018 Kebun Raya Bogor resmi masuk Tentative List UNESCO World Heritage Site.
Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI R. Hendrian mengatakan pihaknya masih melengkapi beberapa persyaratan. Mereka menargetkan pada September 2020 Kebun Raya Bogor bisa terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Salah satu syaratnya adalah Kebun Raya Bogor harus sudah berstatus Cagar Budaya Nasional. Masalahnya, statusnya belum. Oleh sebab itu, Hendrian meminta pemerintah membantu.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan Kebun Raya Bogor adalah bagian dari masterplan identitas Kota Bogor sebagai heritage city, green city dan smart city. “Kita harapkan Kebun Raya Bogor menjadi titik temu antara kegiatan penelitian dan konservasi dengan aktivitas turisme yg tidak lagi masif tapi semakin terspesialisasi,” ujarnya. Bima mengapresiasi berbagai perbaikan layanan dan fasilitas yang dilakukan oleh LIPI selaku pengelola Kebun Raya Bogor selama beberapa bulan terakhir.
Kebun Raya Bogor didirikan pada 18 Mei 1817 menjadi salah satu kebun raya tertua dunia. Bermula dari tempat aklimatisasi tumbuhan tropika, Kebun Raya Bogor kini adalah pusat riset botani tropika dunia yang juga melahirkan lembaga-lembaga penelitian lainnya di Indonesia. Kebun Raya Bogor juga menjadi pusat konservasi keanekaragaman tumbuhan. Sebanyak 90 persen flora hutan tropis kawasan fitogeografi Malesia yang mewakili kawasan Indonesia, Malaysia, Brunei, Timor Leste , Filipina, dan Papua Nugini sudah dikoleksi Kebun Raya Bogor.
Di Kebun Raya Bogor juga dikembangkan berbagai varietas tanaman perkebunan yang bagus dan telah disebarluaskan ke berbagai belahan dunia. Seperti kopi yang pertama kali diteliti di Kebun Raya Bogor, juga teh, kina, dan kelapa sawit. Begitu juga sayuan dan buah dari Eropa juga pertama kali diteliti di Kebun Raya Bogor lalu diujicobakan di Ciawi dan Cibodas.
Cerita tentang Samida
Ada dugaan bahwa Kebun Raya Bogor awalnya adalah sebuah kawasan hutan Samida. Arti kata Samida sendiri masih menjadi bahan diskusi di dunia ilmu pengetahuan. Ada yang mengatakan bahwa Samida adalah hutan khusus yang kayu-kayunya diperuntukkan bagi upacara persembahan. Namun ada juga yang mengatakan Samida diciptakan untuk melestarikan lingkungan dan memelihara benih kayu yang langka.
Kata Samida terpahat di Prasasti Batutulis yang saat ini berada di Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Prasasti ini diduga ditulis oleh Prabu Surawisesa, putra dari Sri Baduga Maharaja pada era 1533, tepat 12 tahun setelah sang ayahanda berpulang. Belum diketahui apakah Samida, yang terdapat pada baris ketujuh prasasti itu merujuk pada nama pohon atau nama hutan. Tetapi ada yang menduga bahwa Samida itu merujuk pada konsep hutan buatan untuk konservasi, sehingga dikaitkan dengan Kebun Raya Bogor.
Be First to Comment