Masker dan hand-sanitizer langka, sudah begitu harganya mahal pula gara-gara virus corona atau COVID-19. Baiknya cuci tangan pakai sabun saja. Agak repot sih, tapi percayalah, sabun sangat efektif. Mengapa?
Bersih-bersih, termasuk cuci tangan, dengan sabun sangat penting untuk mencegah penyebaran kuman yang bisa membuat kita jatuh sakit. Kuman atau mikroba ada di mana-mana. Di udara, di tanah, air, dan di berbagai permukaan, termasuk tubuh kita sendiri.
Kebanyakan mikroba memang tidak jahat dan bahkan beberapa sangat penting bagi kesehatan kita, seperti mikroba di usus. Tapi tentu ada juga mikroba yang bikin persoalan dan kuman semacam ini sebaiknya tak ada di tubuh kita. Pertahanan pertama kita di garis terdepan adalah sabun.
Apa itu sabun? Sabun adalah campuran antara lemak atau minyak, air, dan alkali atau garam dasar.
Sabun pertama kali dibuat oleh orang Babilonia kuno. Resep mereka untuk membuat sabun adalah lemak binatang, abu kayu, dan air, ditemukan terpahat di wadah tanah liat dari masa 2.800 SM, seperti dilansir oleh soaphistory.net. Mereka kemungkinan menggunakan ramuan itu untuk mencuci wol dan kapas agar bahan-bahan itu bisa ditenun menjadi kain dan utamanya bukan untuk membersihkan tubuh mereka.
Orang Mesir kuno mengembangkan resep serupa untuk sabun, yang mereka gunakan untuk mengobati luka, penyakit kulit dan mencuci barang-barang pribadi. Bangsa Romawi juga membuat sabun, tetapi baru pada era Romawi berabad-abad kemudian sabun digunakan untuk kebersihan pribadi; sebelumnya, sabun adalah alat dokter untuk mengobati penyakit.
Resep dasar untuk membuat sabun tidak berubah selama ribuan tahun. Tetap merupakan kombinasi antara lemak atau minyak dengan sebuah alkali atau garam ionik dasar, dan air. Ketika bahan-bahan itu dikombinasikan pada proporsi yang pas, mereka akan mengalami proses kimiawi yang disebut saponifikasi, yang hasilnya adalah sabun. Saat ini ada dua teknik membuat sabun: proses dingin dan panas.
Pada proses dingin, larutan alkali pada suhu kamar (natrium hidroksida dalam air) dicampur dengan minyak hewani atau nabati. Saat bahan bereaksi satu sama lain, campuran mengental dan memanas. Sebelum terlalu kental, campuran dituangkan ke dalam cetakan. Langkah terakhir adalah mendiamkan sabun selama beberapa minggu, yang memungkinkan air berlebih dalam campuran tadi menguap. Ini membuat sabun menjadi lebih keras, menurut Handcrafted Soap and Cosmetic Guild.
Proses panas adalah cara yang lebih tradisional dan kuno untuk membuat sabun dan membutuhkan sumber panas dari luar. Bahan-bahan dipanaskan saat dicampur, yang meningkatkan kecepatan proses saponifikasi. Sabun berbentuk cair ketika dituangkan ke dalam cetakan dan siap digunakan segera setelah dipadatkan. Sabun proses panas dapat didiamkan dengan cara yang mirip dengan sabun proses dingin, tetapi biasanya tidak diperlukan, menurut Handcrafted Soap and Cosmetic Guild.
Bagaimana sabun bekerja mengatasi kuman?
Catat ya, sabun tidak membunuh kuman tapi melepaskannya. Kuman lengket ke minyak dan pelumas yang ada di tangan kita. Air saja tidak bisa membersihkan kuman itu sebab air dan minyak tidak bisa bercampur. Tetapi sabun menyukai air dan minyak. Sebab molekul sabun adalah jenis surfaktan, yang berarti mereka memiliki satu ujung yang suka air, atau hidrofilik, dan satu ujung yang suka minyak, atau hidrofobik.
Ketika kamu mencuci tanganmu dengan sabun, molekul sabun bertindak sebagai mediator antara molekul air dan minyak dan bersatu dengan mereka pada saat yang sama. Kemudian ketika kamu membilas tanganmu, sabun itu akan membawa pergi kuman bersama air.
Untuk mencuci tangan yang paling efektif, kamu harus menggunakan sabun dan harus teliti. Hasilkan busa karena friksi akan membantu mengangkat kotoran dan minyak dari kulitmu, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Berapa lama kita harus menggosok tergantung pada seberapa kotor tangan kita, tetapi kebanyakan otoritas kesehatan merekomendasikan setidaknya 20 detik, atau setara dengan menyanyikan lagi “Happy birthday to you” sebanyak dua kali. Dan jangan lupa untuk membersihkan area di bawah kuku, sebab area itu tempat tinggal utama kuman.
Setelah mencuci, pastikan tangan kering dengan mengangin-anginkan atau lap dengan handuk kering.
Apakah sabun antibakteri lebih baik? Tidak juga. Sabun antibakteri menambahkan bahan seperti triclosan atau triclocarban, yang merupakan molekul hydrophobic yang bisa menembus membran sel bakteri dan membunuhnya. Terdengar menarik, bukan? Tapi studi membuktikan bahwa sabun antibakteri tidak lebih efektif dalam mengangkat kuman dari kulit. Malahan pada 2016, FDA mengeluarkan larangan memasarkan sabun antibakteri ke publik.
“Faktanya, beberapa data mengindikasikan bahwa kandungan antibakteri lebih cenderung membahayakan pada penggunaan jangka panjang,” kata Dr. Janet Woodcock, direktur Center for Drug Evaluation and Research (CDER) di FDA.
Bagaimana dengan hand sanitizer?
CDC tetap merekomendasikan membersihkan tangan dengan sabun dan air. Tapi kalau tidak ada opsi itu, hand sanitizer bisa jadi backup. Studi mendapati bahwa hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol 60-95% lebih efektif membunuh kuman ketimbang sanitizer tanpa atau kandungan alkoholnya rendah.
Alkohol membunuh beberapa bakteri dan virus dengan memecahkan membran pelindung mereka. Tapi ini tidak berlaku bagi semua kuman, ambil contoh norovirus, Clostridium difficile, yang dapat menyebabkan diare yang dapat mengancam nyawa, atau Cryptosporidium, parasit yang bisa menyebabkan penyakit diare yang disebut cryptosporidiosis. Hand sanitizers juga tidak mengangkat zat kimiawi berbahaya seperti pestisida dan hand sanitizer juga tidak bisa membersihkan tangan yang terlalu kotor dan belepotan minyak.
Mencuci tangan dengan sabun sejauh ini adalah cara yang paling efektif.
Be First to Comment