Press "Enter" to skip to content

Gegara COVID-19, Bahkan Situs Arkeologi Pun Perlu Disemprot Disinfektan

26 Maret 2020 hingga 9 April 2020 pemerintah Provinsi Papua memutuskan pembatasan perlintasan manusia di Papua, hal ini sebagai bagian dari langkah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk mendukung pencegahan Covid-19, situs-situs arkeologi yang selama ini dikunjungi wisatawan perlu ditutup sementara.

Situs-situs ini yaitu Situs Megalitik Tutari dan Situs Tugu Mac Arthur, keduanya di Kabupaten Jayapura.
Saat ini, merupakan waktu yang tepat untuk menutup sementara situs dan membersihkan situs dengan menyemprot disinfektan.

Pembersihan ini membutuhkan waktu yang lama, karena Situs Megalitik Tutari sangat luas, terdiri dari 6 sektor dengan banyak tinggalan bongkahan batu besar bergambar prasejarah. Penyemprotan disinfektan ini pada lokasi yang sering dilalui wisatawan, yaitu ruang informasi, toilet dan tangga naik menuju Situs Megalitik Tutari.

Selama ini Situs Tugu Mac Arthur dikelola oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Papua, untuk menutup sementara situs ini perlu berkoordinasi dengan pihak Rindam XVII/Cenderawasih, karena situs ini berada di lingkungan Rindam.
Sehingga tentara yang piket di pos jaga masuk Rindam bisa mengarahkan wisatawan untuk kembali dan tidak berkunjung ke Situs Tugu Mac Arthur.

Selain itu perlu dibuat spanduk informasi bahwa Situs Megalitik Tutari dan Situs Tugu Mac Arthur ditutup sementara. Situs Megalitik Tutari selama ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Papua, untuk itu penjaga situs dapat menginformasikan pada wisatawan untuk tidak berkunjung sementara waktu ke situs ini.

Situs Megalitik Tutari mulai ramai dikunjungi pengunjung sejak Balai Arkeologi Papua beberapa kali menggelar kegiatan Rumah Peradaban di situs tersebut.
Kegiatan Rumah Peradaban di situs ini, terakhir berlangsung tahun lalu dengan tema Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari untuk Generasi Milenial.

Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram: @surotohari

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.