Cabai sudah tidak bisa dipisahkan dalam masakan sehari-hari masyarakat Papua. Untuk daerah perkotaan atau daerah dengan akses listrik 24 jam, cabai dapat disimpan di kulkas. Tentu hal ini sangat tidak mungkin dilakukan untuk daerah yang akses listriknya terbatas.
Berdasarkan pengalaman penulis sewaktu penelitian di Pulau Misool, Raja Ampat, pada umumnya kampung-kampung di Pulau Misool memiliki akses listrik yang terbatas, warga hanya menyalakan lampu listrik selama 6 jam saja, dari pukul 18.00 petang hingga pukul 24.00, itupun menggunakan generator listrik pribadi masing-masing. Sehingga ibu-ibu rumah tangga di Pulau Misool memiliki teknik sendiri dalam menyimpan cabai secara tradisional.
Selain cabai dipetik dari pohon pada saat akan digunakan untuk memasak, ada juga cara menyimpan cabai secara tradisional agar bertahan lama. Cara tradisional ini yaitu cabai dipetik dengan tangkai buahnya. Buah cabai yang dipetik dengan tangkai akan lebih tahan lama disimpan. Buah-buah cabai ini kemudian dilumuri garam dapur, selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah toples plastik.
Buah cabai yang disimpan dengan cara ini akan mampu bertahan hingga satu minggu. Walaupun disimpan dengan butiran garam, cabai ini tidak berasa asin sama sekali.
Jika ingin memasak, tinggal ambil cabai dari dalam toples.
Kandungan garam mampu membasmi mikroorganisme dan mematikan bakteri. Teknik menyimpan cabai ini dapat diterapkan bagi teman-teman yang hobi berpetualang naik gunung atau trekking di pedalaman.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram @surotohari
Be First to Comment