Gulungan Laut Mati adalah sekelompok naskah-naskah kuno berisi antara lain salinan Alkitab berbahasa Ibrani. Gulungan ini ditemukan di gua-gua di daerah Qumran pada 1946. Tapi tak semua utuh. Ada ribuan potongan kecil yang sulit dibaca.
Total ada sekitar 25.000 potongan naskah manuskrip yang tampak mustahil disatukan selama ini. Apalagi pada masa lalu para ilmuwan biasanya lebih melihat tampilan fisik.
Nah baru-baru ini ada peneliti yang melakukan ekstraksi DNA dari gulungan, yang berupa perkamen yang dibuat dari kulit binatang. Data DNA diyakini akan menyingkapkan banyak hal, terutama untuk menyatukan potongan-potongan. Penelitian mereka diterbitkan di jurnal Cell.
“Penemuan Gulungan Laut Mati yang berusia 2000 tahun ini adalah salah satu penemuan arkeologi terbesar yang pernah dilakukan,” kata Oded Rechavi, penulis dan ahli biologi dari Universitas Tel Aviv, Israel. “Tapi tantangan terbesarnya adalah kebanyakan sudah terpecah-pecah menjadi potongan-potongan kecil yang jumlahnya ribuan.”
Maka, kata Rechavi, potongan-potongan itu harus disatukan bak puzzle. Masalahnya, para ahli tak tahu ada berapa naskah sesungguhnya. Lalu, untuk naskah non-biblikal, bagaimana cara teks orisinalnya dibaca.
Tantangan kedua, ternyata sebagian koleksi potongan naskah itu tak diambil langsung dari gua-gua di Qumran melainkan dari penjual barang antik. Sehingga sulit untuk disatukan dan diketahui konteksnya.
Sejak penemuan naskah Qumran, yang terjadi selama kurun waktu 1946-1956, para peneliti sudah mencoba menyatukan potongan-potongan itu seperti halnya puzzle. Caranya dengan melihat bentuk visual masing-masing.
Tapi prof Rechavi dan koleganya memilih cara yang lebih mendalam. Yaitu dengan mengekstraksi DNA dari kulit hewan yang digunakan sebagai bahan perkamen. Rupanya, melakukan analisis forensik yang menggabungkan antara bukti DNA dan bahasa teks, membuat upaya mereka lebih baik dan mendapat kemajuan.
Di samping data bacaan teks, dari pembacaan DNA diketahui bahwa perkamen di Qumran kebanyakan terbuat dari kulit domba. Ini belum diketahui sebelumnya.
Dengan temuan ini, tim itu menyatakan bahwa potongan dari kulit domba yang berasal dari satu individu bisa langsung disatukan. Sedangkan potongan dari kulit domba yang berhubungan dekat bisa juga disatukan dibandingkan perkamen yang berasal dari domba yang tak berkaitan apalagi dari spesies lain.
Sebagai contoh, ada dua potongan gulungan yang sempat disatukan, ternyata berasal dari hewan yang berbeda, yaitu domba dan lembu. Ini jelas tak cocok.
Contoh lain, ada potongan gulungan yang menunjukkan versi berbeda dari kitab Yeremia. Fakta bahwa gulungan ini berasal dari spesies yang berbeda dan teks yang berbeda mengindikasikan bahwa sumber mereka juga berbeda.
Fragmen naskah yang terbuat dari kulit lembu diduga dibuat di luar Qumran sebab pada masa itu adalah mustahil memelihara lembu di gurun Yudea.
Menurut para peneliti, fakta bahwa berbagai versi buku beredar secara paralel menunjukkan bahwa ‘kekudusan kitab tidak meluas hingga ke kata-kata yang tepat.’
Mereka mencatat bahwa ini akan kontras dengan teks-teks yang secara mutual eksklusif, yang diadopsi kemudian oleh Yudaisme dan Kristen.
“Ini mengajarkan kita tentang cara teks profetik ini dibaca pada saat itu dan juga memegang petunjuk untuk proses evolusi teks,” kata Profesor Rechavi.
Penelitian mereka juga mengkonfirmasi bahwa beberapa potongan teks tak berasal dari gua Qumran. Sebagai contoh, salah satu potongan kitab Yesaya diduga berasal dari situs lain.
Be First to Comment