Press "Enter" to skip to content
Hawk 200 (dok. commons.wikimedia.org)

Mengenal Hawk 209, Kisah Pesawat Latih menjadi Pemburu Mematikan

Pesawat tempur Hawk 209 milik TNI Angkatan Udara jatuh di Riau, hari ini. Yuk mengenal pesawat ini dari sisi sejarahnya maupun kemampuannya.

Dilansir dari berbagai sumber, British Aerospace (BAE) mendesain Hawk pada awalnya sebagai pesawat latih dengan sayap rendah dan bermesin tunggal. Tipe standar Hawk sebagai pesawat latih telah diekspor dari Inggris ke Amerika Serikat, Finlandia, Arab Saudi, Swiss, dan Indonesia.

Pada awal 1960-an, Angkatan Udara Inggris (British Royal Air Force) telah mengoperasikan dua pesawat latih Hawker Hunter T.7 dan Folland Gnat T.1. Hunter itu cukup disukai sebab punya posisi duduk side-by-side sehingga siswa penerbang bisa lebih dekat mengetahui apa yang dilakukan instrukturnya. Tapi dari sisi operasional, pesawat ini boros.

Sedangkan Gnat T.1 cukup lincah dan handlingnya mantap. Tipe ini sangat terkenal sebagai andalan tim aerobatik RAF Red Arrow. Tapi kelemahannya, pesawat tak bisa menampung pilot yang tinggi dan tak mendukung pelatihan senjata.

RAF pun mengajukan pengganti. Di saat yang sama, angkatan bersenjata luar negeri macam Prancis juga sedang berniat mengganti pesawat latih mereka. Singkat cerita, ada proposal dari Hawker Siddeley Aircraft (HSA) untuk mendesain pesawat latih baru dan kemudian melahirkan pesawat baru yang diberi nama Hawk.

Tipe pertama adalah Hawk T.1 dan T.1A dengan mesin Rolls-Royce/Turbomeca “Adour 151” dengan bentang sayap 9,39 meter, panjang 11,8 meter dan tinggi 4 meter. Pesawat ini mampu mencapai kecepatan maksimum 1.040 KPH, ketinggian maksimal 50.000 kaki dan daya jelajah sejauh 2.400 km.

Kalau menurut fighter-planes.com, Indonesia mulai membeli Hawk ketika BAE mendesain Hawk seri 50-an. Pada 1970-an akhir Indonesia membeli 20 unit Hawk 53 dalam empat batch. Lalu pada 1993, Indonesia memesan delapan Hawk 109 dan 16 Hawk 209, dengan opsi 16 Hawk 209 lagi dan akhirnya dieksekusi. Total 40 pesawat Hawk Indonesia telah tiba pada 1998.

Hawk 200 adalah versi single-seater yang paling mematikan dari keluarga Hawk. Berbeda dengan pesawat latih sebelumnya, Hawk 200 dikategorikan secara khusus sebagai pesawat tempur multirole yang ringan. Varian ini lahir dalam inisiatif BAE pada 1984 untuk membantu memperluas daya tarik Hawk di seluruh dunia. Versi yang dimodifikasi mengudara pada 19 Mei 1986.

Hawk 200 berbeda dari bentuk-bentuk Hawk sebelumnya. Ia memiliki desain forward fuselage terbaru. Ia memiliki wing flap yang membentang penuh di sayap, memiliki rudal di sayap dan mampu melakukan pengisian ulang bahan bakar di udara. Oleh karena itu, Hawk 200 dapat melakukan berbagai jenis serangan, seperti pertahanan udara dan netralisasi ancaman angkatan laut, serta intersepsi udara ke udara, dukungan udara untuk pasukan darat dan serangan darat konvensional terhadap benteng dan konsentrasi musuh.

Fitur radar diujicobakan pada Hawk 200 melalui pesawat demonstran “Hawk 200RDA” yang menampilkan radar seri AN/APG-66H seperti yang ada di pesawat F-16A. Seperti bentuk Hawk modern lainnya, Hawk 200 menggunakan kokpit kaca, sistem digital, avionik canggih, HUD dan HOTAS.

Spesifikasi Hawk 200
Design: single-seat, single engine light multirole fighter
Persenjataan: rudal udara-ke-udara AIM-9L Sidewinder, guided missile termasuk AIM-9L Sidewinder AAM, ASRAAM AAM, AIM-120 AMRAAM AAM, AGM-65 Maverick AGM, Sea Eagle AShM dan torpedo Sting Ray. Hawk 200 juga bisa membawa berbagai macam bom, termasuk bom 113 kg, 240 kg, 540 kg, dan Paveway II.
Sensor: Rada AN/APG-66
Kokpit: sistem kontrol hands-on throttle and stick (HOTAS) dan head-up display (HUD).
Mesin: Adour 871 dari Rolls-Royce Turbomeca. Pada 2005, pesawat ini menggunakan Adour 951 dengan peningkatan performa.
Kru: 1
Panjang: 11,38 m
Bentang sayap: 9,39 m
Tinggi: 4,16 m
Kapasitas bahan bakar: 1.360 kg: 3.210 kg dengan 3 drop tanks
Performa: kecepatan max. 1.037 km/h pada sea-level, Mach 1.2 (tidak melebihi ketinggian)
Kecepatan jelajah: 796 km/h pada ketinggian 41.000 kaki
Stall speed: 197 km/h
Jarak jelajah: 892 km dengan bahan bakar internal
Jangkauan tempur: 617 km

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.