Rencana pemerintah Provinsi Papua membangun pabrik semen di Lembah Baliem, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, perlu dipikirkan dan dikaji sebaik mungkin. Karst Baliem merupakan sumber air jernih di Lembah Baliem, karst ini mampu menyimpan air tiga hingga empat bulan setelah berakhirnya musim penghujan, yaitu dengan mengeluarkan air secara perlahan-lahan ke sistem sungai bawah tanah.
Sungai bawah tanah ini, airnya bermuara di Sungai Baliem. Karst Lembah Baliem harus dilindungi karena menjadi solusi kekeringan pada musim kemarau. Selain itu karst Lembah Baliem menjadi habitat flora dan fauna endemik pegunungan Papua.
Potensi karst yang ada di Distrik Kurulu, Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya sangat baik dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, itu menurut investor pabrik semen. Akan tetapi daerah tersebut juga merupakan habitat flora dan fauna endemik pegunungan Papua.
Pabrik semen membutuhkan batu gamping atau karst sebagai bahan dasar semen. Pembangunan pabrik semen itu akan merusak ekologi dan situs arkeologi terutama gua-gua prasejarah. Gua-gua prasejarah ini dipercaya oleh Suku Dani, pernah menjadi tempat tinggal nenek moyang mereka. Pembongkaran karst untuk bahan semen, sama saja dengan merusak tempat tinggal nenek moyang Suku Dani.
Di sisi lain, pabrik semen menyumbang sekitar delapan persen emisi karbon dioksida di dunia. Lembah Baliem dikenal sangat dingin, tetapi sejak terjadi migrasi penduduk dari kampung ke Kota Wamena, semakin banyaknya kendaraan bermotor dan maraknya pembangunan gedung serta perumahan berupa rumah beratap seng, menjadikan Kota Wamena tidak sedingin dulu lagi. Apalagi dengan pembangunan pabrik semen ini, tentu akan meningkatkan suhu udara dan polusi udara di Wamena.
Pabrik semen tersebut akan merusak ekologi dan situs arkeologi. Rencana pembangunan pabrik semen ini perlu dikaji ulang, mengingat daerah tersebut menjadi tumpuan hidup Suku Dani yang menempati kawasan itu. Karst Lembah Baliem menjadi areal berburu Suku Dani, mengingat tradisi berburu untuk pemenuhan kebutuhan protein.
Karst Lembah Baliem mempunyai arti penting bagi Suku Dani. Pengertian daerah karst di sini dalam arti yang luas, yaitu mengacu pada wilayah teritorial tradisional Suku Dani, dimana mereka tinggal, bercocok tanam, melakukan tradisi berburu dan melakukan aktivitas budaya. Setiap konversi tanah adat untuk keperluan pembangunan pabrik semen akan mempunyai implikasi yang serius pada masa mendatang.
Dari aspek budaya, daerah karst Lembah Baliem berkaitan dengan identitas dan akar budaya masyarakat di Lembah Baliem. Karst Lembah Baliem memiliki gua prasejarah dengan tinggalan lukisan pada dinding gua yang dibuat oleh manusia prasejarah. Lukisan pada dinding gua ini terdapat di Situs Gua Kontilola. Beberapa gua di karst Lembah Baliem, di dalamnya terdapat kolam air jernih yang menjadi habitat udang endemik, yaitu udang bertubuh transparan yang hidup di tempat gelap.
Di daerah karst Lembah Baliem terdapat gua-gua prasejarah yang disakralkan masyarakat setempat karena berkaitan dengan nenek moyang mereka. Selain itu gua-gua prasejarah di Lembah Baliem ini dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Sebenarnya ada potensi bernilai tinggi dari Lembah baliem daripada merusak karst. Komoditas ini adalah kopi arabika, yang dipasaran dikenal dengan Kopi Wamena. Kopi ini bernilai tinggi dan kualitas ekspor, jika dikembangkan secara serius maka akan menjadi produk unggulan Lembah Baliem dan akan mendatangkan devisa. Selain itu, komoditas lainnya adalah pariwisata, pariwisata Lembah Baliem sudah dikenal di dunia dengan even Festival Budaya Lembah Baliem, situs gua prasejarah, obyek wisata budaya, obyek wisata alam dan wisata trekking.
Penulis: Hari Suroto (arkeolog, tinggal di Jayapura) Bisa dihubungi di Instagram @surotohari
Be First to Comment