Press "Enter" to skip to content
Image by Free-Photos from Pixabay

Ada ‘Gurun’ di Samudera Pasifik, Tempat Buang Jin, eh Pesawat

Samudera Pasifik adalah perairan terluas dan terdalam di muka Bumi ini. Dengan luas total 165.250.000 km persegi, Samudera Pasifik mengandung 46 persen air permukaan Bumi dan 32 persen dari total permukaan samudera ini lebih luas dari seluruh luas daratan Bumi walau digabungkan. Dengan catatan seperti ini tak heran apabila samudera ini punya area yang belum pernah dijelajahi manusia atau dengan kata lain nyaris mustahil untuk dijelajahi.

Inilah daerah yang disebut ‘gurun’ di samudera Pasifik. Kalau di daratan ada ungkapan ‘tempat jin buang anak’ maka gurun di lautan ini sering dipakai sebagai tempat pembuangan pesawat antariksa. Ini bukan sekadar ungkapan, tapi fakta. 

Dilansir dari Science Alert, disebutkan bahwa kawasan yang jauh ini berada di jantung South Pacific Gyre atau dikenal sebagai “kutub samudera yang tidak bisa diakses” atau “lokasi paling terpencil dan paling ekstrem” yang juga dikenal dengan istilah Point Nemo (yang artinya ‘tak seorang pun’). Karena jauhnya, lokasi ini juga kerap dijadikan sebagai ‘kuburan’ untuk pesawat antariksa. 

Berapa jauh? Portal Sains pernah menuliskan jarak kawasan ini dari daratan terdekat. Silakan baca Ini 6 Fakta yang Aneh, Tapi Betulan Terjadi

Ada apa di tempat itu? Tak banyak, begitulah hasil penelitian para ilmuwan. Dengan luas 10 persen dari total luas samudera Pasifik, South Pacific Gyre (SPG) ini adalah sistem arus bentang laut terbesar di Bumi dan sering juga disebutnya ‘gurunnya’ samudera. Tak banyak yang hidup di sana. Bahkan kehidupan organik di perairan ini, termasuk di dasar lautnya, sangat sedikit.

Apa penyebabnya? Macam-macam! Di antaranya adalah jauhnya posisi South Pacific Gyre ini dari daratan, yang menyediakan unsur hara yang dibutuhkan kehidupan organik. Lalu, cara arus air yang berputar-putar di sana telah mengisolasi SPG. Di samping itu, kadar UV di area ini juga sangat tinggi. Walau begitu, terlalu sedikit yang kita ketahui tentang SPG ini dan kehidupan di dalamnya, sebab jaraknya yang terlalu jauh dari daratan dan luasnya yang luar biasa.

Meski begitu, sebuah tim peneliti internasional baru-baru ini mencoba meneliti South Pacific Gyre dan menemukan bukti mengenai kehidupan mikroba yang luar biasa di perairan itu. Penelitian mereka diterbitkan di Environmental Microbiology.

Ekspedisi enam pekan di kapal riset Jerman FS Sonne dari Desember 2015 sampai Januari 2016 bersama kru yang dipimpin oleh peneliti dari Max Planck Institute for Marine Microbiology telah menjelajahi perairan itu sejauh 7.000 km melintasi SPG dari Chile ke Selandia Baru.

Mereka mengumpulkan sampel populasi mikroba di perairan terpencil pada kedalaman 20-5.000 meter menggunakan sistem analisis terbaru. Para peneliti mendapati bahwa jumlah sel mikroba di Pasifik Selatan sepertiga kali lebih sedikit dibandingkan sel mikroba di perairan Atlantik. “Itu mungkin jumlah sel mikroba terkecil yag pernah diukur di muka air laut,” kata salah satu peneliti, ahli ekologi mikroba Bernhard Fuchs. Mereka juga mengidentifikasi sejumlah bakteri.

Di luar makhluk-makhluk bersel sedikit itu, tak banyak yang bisa ditemukan di perairan SPG. Ini mengindikasikan bahwa di kawasan itu memiliki air dengan kandungan ultraoligotrophic (produktivitas biologis) yang rendah dan radiasi matahari yang tinggi.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.