Minat bisa dikenali sejak dini. Tapi yang terpenting adalah bagaimana menekuni minat itu, melatihnya, sehingga menjadi sesuatu yang luar biasa. Yuk kita belajar dari Wahyu Aditya, seorang produser dan creator yang mengarang buku cerita anak-anak bergambar serial Cican.
Lahir dan besar di Malang, Jawa Timur, Wahyu sedari kecil sudah menyadari bahwa dia suka menggambar. Tak hanya suka, dia iseng mengikuti sejumlah lomba dan akhirnya keluar sebagai juara. Padahal orang tuanya tak berlatar belakang seni, ayahnya dokter dan ibunya pengusaha.
“Saya merasa bahwa saya diapresiasi di ranah menggambar ini, sehingga sejak kecil saya tahu minat saya di mana yaitu menggambar, kegiatan yang bersifat visual,” tuturnya.
Wahyu Aditya sangat aktif menggambar. Kalau di SD dia aktif ikut lomba, di SMP dia suka mencoret-coret lapangan basket dan mendesain kostum tim basket sekolahnya. Di SMA dia lebih ‘liar’ lagi. Wahyu mengubah desain majalah dinding, kostum tim olahraga, kop surat sekolah, desain acara pentas seni, dan sebagainya.
“Waktu itu ada satu momen di mana saya melihat baju olahraga SMA saya itu kayak baju pegawai, kurang keren. Jadi saya rancang, lalu saya ajukan proposal ke Kepala Sekolah dan ternyata diterima. Akhirnya dipakai oleh seluruh siswa. Di situ aku melihat melihat kekuatan desain ternyata sangat powerful. Karena mereka tidak hanya memakai untuk olahraga, ternyata, tapi untuk fashion, untuk gaya, untuk ke bimbel,” tuturnya panjang lebar.
Untuk memantapkan cita-citanya, Wahyu melanjutkan pendidikan di bidang multimedia di Australia. Lalu kembali ke Indonesia untuk bekerja di sebuah media televisi besar. Namun jiwa senimannya memberontak ketika melihat konten-konten visual Indonesia masih sangat kurang. Animasi masih banyak diimpor. Dia pun memutuskan keluar dan mendirikan HelloMotion Academy, sebuah lembaga pendidikan yang fokusnya adalah mencetak sebanyak mungkin orang yang paham membuat konten made in Indonesia.
Dari sana, muncullah letupan-letupan, seperti penyelenggaraan festival film pendek dan animasi Hellofest sebagai ruang apresiasi bagi content creator Indonesia dan akhirnya menjadi semacam microecosystem.
Di sisi lain, Wahyu sendiri yang kemudian berkeluarga dan punya anak, merasa terdorong untuk menciptakan karakter animatif yang terinspirasi dari anaknya sendiri. Lahirlah tokoh Cican yang muncul dalam buku cerita bergambar serial. “Cerita Cican adalah cerita tentang cara saya untuk mendidik anak sehari-hari, misalnya, anak saya itu malu untuk ngomong kebelet pipis di depan umum lalu saya bikinkan ceritanya. Ceritanya si Cican lagi tour sekolah naik bis, tapi dia merasa gelisah akhirnya dia harus ngomong, berani ngomong untuk pipis,” tutur dia.
Cerita-cerita semacam itulah yang kemudian didesain dalam bentuk buku dan saat diajukan ke penerbit, ternyata diterima. Saat ini sudah ada 50 judul serial Cican. Dari serial ini, Wahyu mengembangkan bisnis merchandise, ke animasi yang ditayangkan di channel Cican di YouTube, ke event-event untuk menampung aspirasi fans Cican yang jumlahnya lebih dari satu juta anak itu. Kini, Cican bahkan merambah dunia musik anak di mana tak lama lagi akan diluncurkan album dengan 10 lagu anak yang ditulis sendiri oleh Wahyu.
Wahyu juga mendirikan SMA HelloMotion di Bintaro. Lembaga pendidikan ini memiliki konsep yang berbeda dengan SMA umum. Di sekolah ini, konten mengenai seni dan budaya sangat mendominasi. Tujuannya adalah untuk design thinking. Siswa diajarkan cara berpikir seperti seorang desainer melalui 5 tahap, yaitu empati, menganalisa, berani menciptakan, ide itu tidak hanya di otak saja tapi harus dituangkan dalam bentuk prototype dan prototype harus diuji coba oleh murid-murid kita.
Ternyata, walaupun tidak berasal dari orangtua yang berlatar seni, kedua orangtua Wahyu memang punya jiwa seni juga, seperti menyanyi dan melukis. Dari sanalah inspirasi bagi Wahyu datang. Mereka juga memahami dan bisa menerima kegelisahan Wahyu kalau bicara soal pelajaran-pelajaran berat macam matematika dan sebagainya.
Pada akhirnya, Wahyu berpesan, anak-anak yang memiliki minat khusus atau sudah menyadari minatnya sejak dini, orangtua perlu memberikan dorongan dengan memberikan informasi tambahan yang dibutuhkan anak terkait minat tersebut. Misalnya, kalau anak suka animasi, maka orangtua dapat memperkenalkan segala sesuatu yang dibutuhkan anak untuk memahami dan mengembangkan minat tersebut. Namun dia memberikan catatan, orangtua perlu menyadari bahwa kadang minat anak bisa berubah. “Kalau saya, saya akan ikuti flow anak-anak,” tuturnya.
Bagaimana dengan kamu? Sudah menyadari minat kamu sejak dini? Atau kalau kamu sebagai orangtua, sudahkah kalian melihat minat anak dan bagaimana cara kalian mendorong minat mereka?
Be First to Comment