Jejak kehidupan prasejarah di Aceh sudah diteliti oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara sejak lama. Tapi fokusnya masih di pesisir timur dan pegunungan tengah. Baru-baru ini, sebuah penelitian Balar Sumut mencoba menemukan potensi jejak hunian manusia masa prasejarah di gua-gua yang ada di pesisir barat Aceh.
Peneliti menggunakan metode prediksi keberadaan gua dengan peta topografi, peta geologi, serta digital elevation model (DEM). Selain itu, data inventarisasi gua yang pernah dilakukan di wilayah pesisir barat, khususnya Kabupaten Aceh Besar, juga digunakan sebagai data awal. Dari berbagai metode ini diketahui ada 11 gua dan ceruk batu. Tiga gua (Mabitce, Tuandigedong, dan Ek Leuntie) termasuk ke dalam potensial I, yaitu berpotensi memiliki jejak hunian prasejarah dan berpotensi diteliti lebih lanjut.
Ada apa di ketiga gua tersebut?
Gua Mabitce
Gua Mabitce berlokasi di kawasan karst di Leupung tepatnya di Gampong Deah Mamplam, Kecamatan Leupung. Mulut gua berada di lereng tengah selatan bukit karst Leupung. Bagian depan gua ini adalah dataran sawah dan terletak sekitar 1 km dari bibir pantai. Mulut gua menghadap barat daya dengan tinggi 16,4 m dan lebar 11,5 m. Bagian dalam berbentuk L dengan tinggi ruang 17,4 m dengan lebar 10-11,5 m. Lantai gua kering dan rata dengan sirkulasi udara yang sangat baik.
Di dalam gua ini ditemukan lapisan kerang seperti yang ditemukan di situs Bukit Kerang di pantai timur Sumatra. Dua lapisan cangkang terdiri dari dua jenis cangkang yang berbeda dan dipisahkan oleh lapisan tanah yang berbeda. Lapisan kulit kerang di bagian atas didominasi oleh kerang yang habitatnya perairan laut atau air payau habitat. Lapisan cangkang bawah didominasi oleh gastropoda (Telescopium) yang habitatnya di air tawar dan air payau.
Menurut peneliti, adanya dua lapisan cangkang dan dua lapisan kerang yang berbeda dipisahkan oleh satu lapisan tanah perantara memberikan gambaran bahwa dua lapisan tersebut dibentuk tidak pada satu waktu. Asal mula lapisan kerang ini masih tanda tanya. Untuk menentukan apakah lapisan kerang itu merupakan sisa makanan manusia atau bukan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Gua Tuandigedong
Gua Tuandigedong terletak di Desa Keutapang, Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar. Mulut gua berada tepat di sisi Jalan Raya Banda Aceh-Meulaboh dan di lereng bawah perbukitan karst Lhoong. Gua ini memiliki ruang yang sangat luas dengan dua pintu masuk menghadap ke selatan dan permukaan lantai yang relatif datar dan kering. Intensitas penerangan dan sirkulasi udara sangat baik.
Di dalam gua ditemukan cukup banyak batu andesit yang kemungkinan besar berasal dari Krueng Lhoong di utara. Tetapi tidak ditemukan artefak pada saat survei, kecuali temuan fragmen tulang hewan. Apakah hewan ini hasil konsumsi manusia? Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Gua Ek Leuntie
Gua ini menghadap ke selatan dengan interior berbentuk L. Gua ini terletak di lereng bawah bukit tak jauh dari garis pantai. Ruang gua sangat luas dan memiliki sirkulasi udara yang baik dan intensitas cahaya yang baik. Lantai gua relatif datar dengan kondisi sedimen yang kini telah hilang akibat aktivitas penambangan.
Menariknya, di lantai gua ditemukan pecahan tembikar, pecahan kulit kerang, fitur perapian, batu andesit, dan jenis batuan lain. Gua ini pernah diteliti pada 2012. Dari hasil
penanggalan radiokarbon dan analisis stratigrafi dari enam kotak penggalian di dalam gua menunjukkan bahwa gua ini merekam jejak 11 tsunami purba yang terjadi sejak 7.400-2.900 SM dengan interval rata-rata 450 tahun.
Penggalian yang dilakukan pada tahun 2012 merupakan penggalian geologi, sehingga kemungkinan ada temuan budaya pada lapisan stratigrafi tapi tidak diteliti dengan baik. Oleh sebab itu, perlu juga dilakukan penelusuran arkeologis lebih lanjut.
Penelitian ini diterbitkan di Berkala Arkeologi edisi Mei 2020 lalu.
Be First to Comment