Pembangunan jalan memang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya sebagai pendukung kegiatan sehari-hari dan kegiatan ekonomi masyarakat. Tetapi dampaknya bisa negatif terhadap ekologi. Tak terkecuali di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai di Sulawesi Tenggara. Keberadaan jalan raya di selatan taman nasional ini dan lalu lintasnya telah menyebabkan kematian satwa-satwa liar dan dilindungi di sana.
Sebuah riset digelar oleh peneliti pada Januari – April 2018 dan diterbitkan di jurnal online Global Ecology and Conservation edisi Desember 2020. Mereka melakukan survei di ruas jalan sepanjang 21,8 km. Jalan ini direkonstruksi dan dibeton pada 2011 dengan pendanaan dari pemerintah Australia sebagai akses kendaraan pariwisata dan truk pengangkut kebutuhan ekonomi.
Jalan ini melintasi sejumlah ekosistem, termasuk hutan rawa dataran rendah, savana tropis, dan sungai yang menghubungkan habitat itu ke hutan bakau di pesisir.
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai sendiri didirikan pada 1989 oleh Kementerian Kehutanan. Taman nasional seluas 105.000 ha ini mengandung keanekaragaman hayati berupa 215 spesies burung dan 25 spesies mamalia dan setidaknya 10 spesies amfibi, serta 32 spesies reptilia.
Peneliti melakukan survei langsung setiap pekan di sepanjang jalan dan mengidentifikasi bangkai satwa yang ditemukan di jalan setiap hari. Bangkai-bangkai itu dikelompokkan berdasarkan taksonominya. Mereka lalu menentukan sejumlah hotspot dengan tingkat kematian hewan yang cukup tinggi.
Peneliti telah mendokumentasikan 790 bangkai satwa liar. Sebanyak 216 bangkai tak bisa dikenali lagi taksanya. Sebanyak 567 bangkai ternyata terdiri dari 40 taksa (bisa diidentifikasikan kepada spesies atau genera), di mana sebanyak 64 persen adalah amfibi yang terdiri dari enam taksa, 18 persen mamalia dari empat taksa, 12 persen burung dari 21 taksa, dan 6 persen reptilia dari sembilan taksa.
Satwa-satwa yang mati antara lain kepiting pemakan katak (Fejervarya cancrivora), ular bakau Sulawesi (Boiga dendrophila gemmicincta), burung savanna nightjar (Caprimulgus affinis), musang Malay (Vivera tangalunga). Satwa endemik dan dilindungi yang terancam punah juga teridentifikasi, seperti beruang cuscus (Ailurops ursinus). Sebanyak 17 persen satwa yang teridentifikasi ternyata satwa endemik dan dilindungi, seperti Southeast Asian box turtle (Cuora amboinensis amboinensis) yang statusnya terancam punah menurut IUCN.
Be First to Comment