Kebijakan Whatsapp yang dianggap mengancam privasi dan keamanan data penggunanya telah menimbulkan kehebohan. Ditanya mengenai kasus ini, Cloudera sebagai perusahaan platform data yang populer di kalangan enterprise, tak mau berkomentar. Tapi disebutkan, terjadinya kasus ini adalah pertanda baik.
“Ini menandakan orang Indonesia semakin menyadari pentingnya keamanan data mereka, kesadaran ini sangat penting,” kata Fajar Muharandy, Senior Solution Engineer Cloudera ASEAN, dalam sebuah media gathering online, kemarin.
Keamanan data adalah salah satu hal yang amat penting di tengah terjadinya ledakan data di era digital. Data semakin memainkan peranan penting, bahkan di tahun yang penuh tantangan seperti tahun 2020 dan tahun 2021 yang penuh ketidakpastian. “Banyak organisasi/perusahaan telah memanfaatkan data untuk memperkuat daya tahan (resillience) bisnis mereka dalam 12 bulan terakhir,” kata Fajar.
Langkah berikutnya adalah menggunakan data untuk meraih agilitas yang dibutuhkan untuk mengatasi disrupsi yang disebabkan bencana yang tak diinginkan, di masa depan. Untuk melakukan itu, perusahaan-perusahaan disebutkan perlu memastikan bahwa strategi datanya betul-betul dapat mengantisipasi empat tren yang bakal mendominasi tahun ini. Keempat tren itu adalah:
Implementasi 5G dan terjadinya ledakan data
Teknologi konektivitas 5G akan menyajikan transfer data berkecepatan tinggi dan rendah latensi. Teknologi 5G juga akan mendorong pengadopsian teknologi Internet of Things (IoT) yang makin masif. Satu jaringan 5G dapat menangani sampai 1 juta connected devices di area seluas 1 kilometer persegi.
Machine learning bisa dijangkau lebih banyak orang
Ketika perusahaan-perusahaan bertransformasi digital, mereka akan menghadapi pertumbuhan data yang eksponensial dan meningkatnya kompleksitas teknologi-teknologi baru. Maka, makin banyak perusahaan yang menggunakan machine learning untuk menghadapi tantangan-tantangan tadi.
Tata Kelola data di jagad hybrid cloud
Hybrid cloud saat ini sudah menjadi pilihan default bagi kebanyakan perusahaan. IDC memprediksi bahwa pada 2021, lebih dari 90 persen perusahaan di Asia Pasifik (kecuali Jepang) akan mengandalkan perpaduan antara on-premise/dedicated private cloud, beberapa public cloud, dan platform lama (legacy) untuk menjawab kebutuhan infrastruktur mereka. Maka sangat penting bagi perusahaan untuk mengamankan dan mengelola data-data itu secara efektif, entah digunakan atau tidak, agar tidak rentan menjadi korban cyberattack.
AI dan persoalan etika
Makin banyak perusahaan menggunakan artificial intelligence (AI) untuk menciptakan solusi yang scalable. Namun di saat yang sama, meningkat pula risiko reputasi, regulasi, dan hukumnya. Sebab sistem AI dilatih untuk belajar dari sekumpulan dataset, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik harus mengantisipasi masalah etis yang muncul dari makin luasnya pengumpulan, analisis, dan penggunaan data dalam jumlah besar.
Saat ini, wacana seputar etika AI berkisar pada masalah anonimisasi data. Australia, Singapura, dan Korea Selatan sudah memiliki kerangka kerja AI. Adapun market lain, termasuk India dan Indonesia, sedang menyusun berbagai regulasi dan menetapkan standar nasional untuk inovasi AI pada tahun 2021. Selain itu, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik dapat berperan dengan membangun tata kelola data yang kuat.
“Kami memperkirakan tren yang sama akan terjadi di Indonesia pada 2021, menyusul berbagai kemajuan yang terjadi di negeri ini,” kata Fanly Tanto, Country Manager for Indonesia, Cloudera. “Sebagai contoh, 5G akan segera dimulai begitu tahun ini pemerintah selesai mengalokasikan blok frekuensi 5G kepada tiga operator lokal. Hal ini akan menyebabkan terciptanya data dalam jumlah yang sangat besar sebab 5G akan mendorong IoT dan edge computing. Sehingga sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk mampu mengelola data mereka dengan efektif dan mematuhi berbagai regulasi perlindungan data.”
“Cloudera membantu berbagai proyek berbasis data agar dapat memberikan nilai yang strategis bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia yang membutuhkan enterprise data cloud dalam strategi data mereka. Dengan begitu, setiap karyawan mereka akan memiliki akses ke data dan insight yang relevan, sembari mengendalikan pengeluaran, mengurangi risiko, serta menerapkan keamanan dan tata kelola yang konsisten di semua aset data. Pada gilirannya, mereka akan berada pada posisi yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi operasional, menemukan sumber pendapatan baru, dan memberikan pengalaman atau layanan pelanggan yang lebih baik kepada masyarakat — bahkan saat mereka harus berhadapan dengan disrupsi,” ujar Fanly Tanto menambahkan.
Be First to Comment