Press "Enter" to skip to content

Menggali Ide-Ide ‘Gila’, Belajar dari eks orang Disney

Di zaman sekarang, hadirnya ide-ide yang segar dan brilian menjadi tolok ukur keberhasilan kita di banyak bidang. Masalahnya bagaimana caranya memiliki ide-ide brilian? Yuk kita belajar dari cerita Duncan Wardle, mantan Head of Innovation & Creativity di Disney. Dalam acara 3DEXPERIENCE World 2021 lalu, Wardle berbagi kisahnya.

Wardle berkata, kurang lebih 10 tahun lalu dia dipanggil chairman Disney yang mengatakan: Kamu itu punya banyak ide yang bisa dituntaskan, kamu akan bertanggung jawab untuk inovasi dan kreativitas.”

Menjawab kepercayaan itu, Wardle memulai kiprahnya melakukan survei pada 5.000 orang di Pixar, Lucas film, Marvel, Disney Parks, dan menanyakan apa yang menjadi halangan mereka menjadi orang yang lebih inovatif dan kreatif. Jawaban mereka, penyebab kurang kreatif karena: (1) tak punya waktu berpikir, (2) tak mau mengambil risiko untuk perusahaan, (3) kita ini consumer-centric, tapi sebenarnya lebih peduli pada hasil bisnis kuartalan daripada konsumen, (4) ide-ide terbuang atau mati karena proses approval, dan, (5) adanya perbedaan definisi tentang apa itu inovasi.

Wardle mengatakan, kita ini dilahirkan untuk menjadi orang yang playful, kreatif, dan kalau ditanya, kamu lebih suka bermain setiap hari saat bekerja, bukan? Apa pentingnya perilaku playfulness ini?

“Kalau Anda ditanya, di mana dan kapan Anda mendapatkan ide-ide terbaik? Jawaban yang pernah saya dengar adalah: Ketika mandi, berjalan-jalan, jogging, berlari, naik angkutan umum, saat tidur, atau bangun. Tak ada yang berkata bahwa itu berjalan baik karena kita dibayar untuk memiliki ide dan karya yang besar,” katanya.

Sekarang bayangkan kamu bertengkar atau beradu argumen dengan seseorang lalu kamu pergi ke kafe, restoran, atau ke mana saja, untuk menenangkan diri. Dalam waktu 5 menit atau lebih setelah adu argumen, kamu mulai rileks dan mulai memikirkan setiap kata-kata yang diucapkan. Itulah alasan kita perlu waktu untuk berpikir.

Ketika kamu berkata tidak punya waktu untuk berpikir, kamu sedang menutup reticular activating system antara alam sadar dan alam bawah sadar, sehingga kamu tidak punya akses kepada 87 persen kapasitas otak dan 87 persen dari otakmu adalah bawah sadar. Kamu hanya bekerja dengan 13 persen kapasitas otak. “Jadi, yang saya lakukan adalah, saya menulis latihan yang menyenangkan selama 60 detik yang didesain supaya kita tertawa, seperti anak-anak. Sebab, ketika kamu tertawa, secara metafora pintu antara kesadaran dan bawah sadarmu terbuka. Inilah pentingnya playfulness, menjadi playful, ketika kamu mencoba menemukan ide,” ujarnya.

Bagaimana dengan mereka yang berkata, kami tak punya waktu untuk berpikir? “Menurut saya, kita masing-masing punya apa yang disebut ‘sungai pikiran’. ‘Sungai pikiran’ saya selama 30 tahun di Disney adalah sungai yang mengalir sangat deras, sangat lebar, dan sangat dalam. Sehingga saya bisa mengambil keputusan yang cepat dan well-informed. Tapi seringkali kita keluar dari ‘sungai pikiran’ kita seringkali karena tingkat disrupsi yang terjadi,” katanya.

Wardle berbagi tool inovasi yang bisa membantu kamu terlepas dari pola pikir seperti itu:

Pertama, adalah apa yang diciptakan oleh Walt Disney, yaitu, bagaimana jika aturan-aturan yang ada tak bisa diterapkan lagi? Jadi, dia menciptakan Fantasia. Dia ingin menayangkan film yang dia inginkan tapi ada banyak aturan, sehingga dia berpikir untuk mengeluarkan film dari bioskop dan menyuruh orang-orang memerankan karakter-karakter dalam film. Supaya orang percaya, mereka harus ditempatkan dalam sebuah taman impian dan setiap karakter memiliki wilayah mereka sendiri, lalu lahirlah ide Disneyland, sebuah ide kreatif di abad ke-20.

Begitu juga ide tentang Uber lahir ketika beberapa pria keluar dari pub di Chicago dan hari sedang hujan, pukul 01.00 dini hari, mereka sudah mabuk, dan tidak ada taksi. Mereka bilang, “Bagaimana kalau semua mobil adalah taksi?” Mungkin begitu juga ide tentang Netflix dan ide-ide lainnya.

Cobalah selalu tanyakan pertanyaan yang provokatif: “Bagaimana kalau…” Beranikan diri untuk bertanya, seprovokatif apapun, seabsurd apapun. Tanyakan “Bagaimana kalau..” ketika aturan tak bisa diterapkan lagi dan kamu akan kagum pada ide-ide yang muncul dari dirimu.

Tool kedua adalah “naive expert”, undanglah “naive expert” ke sesi diskusi yang kamu adakan. Mereka adalah orang yang tidak bekerja di lini bisnismu. Mereka mungkin tidak akan memecahkan masalahmu, tapi mereka akan menanyakan pertanyaan absurd, yang mungkin terlalu malu kamu tanyakan di depan tim atau kolegamu. Mereka juga dapat melemparkan ide-ide absurd. Mereka mungkin tidak akan memecahkan masalah, tapi mereka akan membantu kamu berhenti memikirkan apa yang biasanya kamu lakukan dan membantumu berpikir secara berbeda.

So, siap berpikir kreatif dan melahirkan ide-ide ‘gila’?

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.