Vaksin dengan suntikan mungkin bikin jerih beberapa orang. Baru-baru ini, sebuah perusahaan bernama Oravax menyatakan sedang mengembangkan vaksin berupa pil dan akan memasuki fase uji klinis fase pertama pada Juni tahun ini.
Memang baru fase awal sekali, sehingga belum ada jaminan bahwa pengembangannya akan berhasil. Kalau pun berhasil, vaksin ini kemungkinan baru akan mendapat izin resmi kurang lebih setahun setelah itu.
Vaksin melalui oral (mulut) adalah opsi yang disebut dengan vaksin ‘generasi kedua’. Vaksin jenis ini diklaim lebih skalabel, mudah diberikan, dan mudah juga diedarkan.
Oravax sendiri adalah perusahaan patungan antara Oramed, bentukan pengusaha Amerika dan Israel, dan perusahaan bernama Premas Biotech dari India. “Dengan vaksin oral, orang-orang bisa memakai vaksin sendiri di rumah,” kata Nadav Kidron, CEO Oramed, dalam keterangan resminya seperti dilansir Science Alert.
Namun, Profesor Paul Hunter dari Fakultas Kedokteran University of East Anglia, mengatakan vaksin seperti itu harus diwaspadai. Sebab, masih dibutuhkan banyak studi untuk membuktikan bahwa vaksin berupa pil seperti itu memang efektif. “Mungkin vaksin semacam ini cocok bagi mereka yang fobia jarum suntik serta lebih mudah diedarkan pula,” katanya.
Hunter menilai, masih banyak studi yang harus dilakukan untuk menguji kelayakan vaksin tersebut. Seperti pengujian kepada hewan, dan sebagainya. Pengujian kepada hewan pun belum tentu dapat memastikan vaksin itu layak digunakan oleh manusia.
Jenis vaksin ‘generasi kedua’ ini memang tak hanya berbentuk pil. Ada juga yang berbentuk semprotan ke hidung atau yang sedang diuji saat ini, yaitu vaksin dalam bentuk koyo. Pengembang vaksin Oxford/AstraZeneca juga sedang meneliti pengembangan vaksin berbentuk tablet dan spray alias semprotan.
Be First to Comment