Press "Enter" to skip to content
Konektor Lightning (foto: kewei0219/Pixabay)

Maukah Apple Beralih ke USB Type-C?

Di antara hiruk pikuk peluncurkan iPhone 13 baru-baru ini, sebuah kabar menyeruak. Panasnya kembali tuntutan agar Apple memakai kabel data USB Type-C atau USB-C, alih-alih konektor Lightning yang mereka punya sendiri. Komisi Eropa mengumumkan usulannya untuk ‘memaksa’ semua manufaktur smartphone untuk menggunakan konektor USB-C sebagai standar mulai 2022.

Langkah menyamakan standar untuk konektor ini sudah digagas sejak satu dekade lalu. Komisi Eropa bertujuan untuk mengurangi sampah elektronik (e-waste) yang jumlahnya mencapai 10.000 metrik ton per tahun di tanah Eropa.

Tetapi sejak awal Apple menolak ide standarisasi itu. Sebabnya mereka memiliki kabel standarnya sendiri. Sejak 2012 Apple mengeluarkan kabel dan konektornya yang disebut Lightning untuk iPhone.

Apple beralasan, memaksa penggunanya meninggalkan kabel Lightning justru akan menciptakan lebih banyak sampah dan kerugian konsumen sampai 1,5miliar Euro.

Namun model terbaru iPhone 13 sendiri sudah menyediakan adapter ke USB-C sehingga iPhone 13 itu bisa terhubung ke soket USB-C bila perlu.

Apple sendiri merespons keputusan itu dengan berkata, “Kami menciptakan produk yang meningkatkan kehidupan orang, membuat tugas sehari-hari lebih mudah dan lebih efisien, termasuk cara Anda mengisi daya dan mentransfer data di perangkat Anda,” kata juru bicara perusahaan itu. “Kami tetap khawatir bahwa peraturan ketat yang mewajibkan hanya satu jenis konektor menghambat inovasi ketimbang mendorongnya, yang pada gilirannya akan merugikan konsumen di Eropa dan di seluruh dunia.”

Apple meminta para pemangku kepentingan untuk menemukan solusi yang lebih baik untuk melindungi minat konsumen, serta kemampuan industri untuk berinovasi dan menghadirkan teknologi baru yang menarik bagi pengguna.

Diperkirakan ada sekitar 420 juta ponsel dan perangkat elektronik portabel lainnya yang dijual di Uni Eropa pada tahun lalu. Menurut Komisi Eropa, rata-rata orang yang tinggal di sana memiliki setidaknya tiga pengisi daya. Dari jumlah tersebut, dua digunakan secara teratur. Namun, sebanyak 38 persen orang melaporkan tidak dapat mengisi daya ponsel mereka setidaknya sekali karena mereka tidak dapat menemukan pengisi daya yang kompatibel. “Dengan semakin banyak perangkat, semakin banyak pengisi daya yang dijual yang tidak dapat dipertukarkan atau tidak diperlukan. Kami ingin mengakhiri itu,” tutur juru bicara UE. “Dengan proposal ini, konsumen Eropa akan dapat menggunakan satu pengisi daya untuk semua perangkat elektronik portabel mereka.”

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.