Di beberapa negara, kasus COVID-19 masih tinggi. Sementara di negara lain, sudah melandai. Tapi satu hal yang pasti, sampah yang terkait dengan COVID-19 di seluruh dunia sudah mencapai 28.000 ton dan dibuang ke laut.
Ini setara dengan 2.000 bus tingkat, seperti dilaporkan The Guardian. Dalam beberapa tahun ke depan, kalau hal ini dibiarkan terus, sampah yang terdiri dari sarung tangan, masker, dan berbagai kemasan produk yang terkait COVID-19, bakal mengotori Kutub Utara.
Dari analisis yang dilansir oleh Live Science, sebanyak 193 negara memproduksi sebanyak 9,2 juta ton sampah plastik dari produk yang berhubungan dengan pandemi, mulai dari awal terjadinya pandemi sampai dengan Agustus 2021.
Sebagian besar dari sampah plastik itu, yakni sekitar 84 persen, digunakan oleh rumah sakit, sementara 7,6 persen digunakan oleh perorangan. Kemasan dan test kit mencapai 4,7 persen dan 0,3 persen lainnya adalah sampah, begitu hasil studi yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences.
Tim peneliti mengembangkan sebuah model untuk memprediksi berapa banyak sampah plastik ini akan berakhir di lautan. Mereka memperkirakan bahwa pada 23 Agustus 2021 sebanyak 28.550 ton sampah plastik sudah terbuang ke laut, dibawa oleh 369 sungai besar di dunia.
Dalam waktu tiga tahun, sebagian besar sampah akan berakhir di bibir pantai dan dasar laut, di mana 70 persen akan tersapu ke pantai pada akhir tahun ini. Sementara dalam jangka pendek, sampah itu akan menyebabkan masalah lingkungan di daerah pesisir.
Peneliti itu menyoroti pentingnya sebuah sistem pembuangan sampah yang ramah lingkungan di berbagai negara, dengan mencegah sampah itu sampai dibuang ke sungai dan akhirnya terkumpul di lautan.
Be First to Comment