Invasi Rusia ke Ukraina tidak hanya menyebabkan korban jiwa dan kerusakan. Aksi ini juga akan mengancam dunia sains. Sebab ternyata ada banyak proyek sains internasional yang dilakukan secara kolaboratif dan melibatkan Rusia di dalamnya. Kelanjutan proyek-proyek ini pun terancam.
Seperti dilansir dari Live Science, berikut ini adalah beberapa proyek sains internasional tersebut:
ITER
ITER adalah eksperimen fusi terbesar di dunia. Proyek ini melibatkan 35 negara, termasuk Rusia, Amerika Serikat, dan China di dalamnya. Proyek ini fokus mereplikasi fusi sinar matahari untuk menciptakan sumber energi yang bersih dan nyaris tidak terbatas.
Sejauh ini belum ada dampak perang di Ukraina terhadap proyek ini. Proyek ini sendiri sudah dimulai sejak Perang Dingin. Keterlibatan banyak negara di dalamnya bukan karena mereka memiliki kesamaan ideologi, tapi karena adanya kebutuhan yang sama akan masa depan yang lebih baik.
Pengelola proyek ini sih berharap para ilmuwan maupun negara-negara yang terlibat di dalamnya tetap berkomitmen pada semangat kolaborasi tersebut. Walaupun sedang ada perang.
Badan Antariksa Eropa
Badan Antariksa Eropa (ESA) dengan cepat mengutuk Rusia karena menginvasi Ukraina. Mereka juga menjatuhkan sanksi dengan menunda atau menghentikan sejumlah proyek kolaborasi dengan Rusia. Contohnya proyek ExoMars, sebuah proyek kolaborasi dengan Badan Antariksa Rusia yaitu Roscosmos, untuk mencari tanda kehidupan di Planet Mars. Proyek ini akan ditunda.
International Science Council
International Science Council (ISC) adalah organisasi non-pemerintah yang didedikasikan untuk menyatukan berbagai lembaga sains dengan tujuan memajukan ilmu pengetahuan. Ketika Rusia menyerang, lembaga ini mengeluarkan teguran. Tapi mereka menegaskan tidak akan memutuskan hubungan dengan Rusia. Mereka beralasan, isolasi dan pengucilan komunitas ilmiah hanya akan merugikan semua orang. Lembaga ini sendiri sedang melakukan penelitian kolaboratif di Arktik dan antariksa.
CERN
Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (European Organization for Nuclear Research – CERN) adalah lembaga riset nuklir terbesar di dunia. Tapi mereka belum mengambil sikap terhadap perang di Ukraina. Mereka mengatakan belum dapat menjawab apa dampak invasi Rusia terhadap proyek sains/teknologi internasional.
Stasiun Luar Angkasa Internasional
Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station – ISS) telah lama dipuji karena menampilkan nilai kolaborasi dan kerja sama lintas negara. Lima badan antariksa berpartisipasi dalam laboratorium luar angkasa yang mengorbit ini, yaitu NASA, Roscosmos, Japan Aerospace Exploration Agency, ESA, dan Canadian Space Agency.
Sejak pembangunannya dimulai pada tahun 1998, ISS telah melakukan penelitian ilmiah dan melakukan sejumlah eksperimen agnostik bangsa yang berharga. Tapi krisis di Ukraina jelas telah menciptakan riak dalam kolaborasi ini.
Roscosmos menyatakan telah membatalkan eksperimen ilmiah bersama yang akan dilakukan di ISS bekerja sama dengan Jerman. Hal ini dapat mengakibatkan stasiun harus dinonaktifkan sebelum tanggal akhir yang dijadwalkan pada tahun 2031. Awak tujuh ISS saat ini terdiri dari Anton Shkaplerov dan Pyotr Dubrov dari Rusia; Kayla Barron, Mark T. Vande Hei, Raja Chari dan Thomas Marshburn dari Amerika Serikat; dan Matthias Maurer dari Jerman.
NASA sendiri menyatakan belum ada indikasi bahwa operasi berkelanjutan di Stasiun Luar Angkasa Internasional akan dihentikan.
Namun ketegangan sudah terasa. Pada 3 Maret lalu, Dmitry Rogozin, Direktur Jenderal Roscosmos, mengatakan bahwa Rusia akan menghentikan – setidaknya untuk saat ini – kerjasama antariksanya dengan Amerika Serikat. Dia mengatakan Rusia tidak akan lagi mengirimkan mesin roket ke AS, juga tidak akan menyediakan maintenance, dan menyarankan Amerika pergi ke antariksa menggunakan “sapu”.
Semoga saja Rusia segera menghentikan perang dan krisis di Ukraina segera berakhir ya.
Be First to Comment