Press "Enter" to skip to content
Astronaut (Foto: WikiImages/Pixabay)

Kelamaan di Luar Angkasa, Ini Dampaknya pada Tulang Astronaut

Astronaut dalam misi luar angkasa yang berlangsung lebih dari enam bulan ternyata menderita keropos tulang yang bisa diderita bertahun-tahun dan sulit dipulihkan. Penelitian anyar ini menimbulkan tanda tanya, jadi mungkin nggak sih kita ke Mars kalau begitu?

Penelitian yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports edisi 30 Juni itu mendapati bahwa astronaut yang menjalani misi ke luar angkasa selama enam bulan atau lebih, mengalami keropos tulang karena dampak dari microgravity di luar angkasa. Kekeroposan yang mereka alami setara dengan penuaan selama 20 tahun.

Sudah begitu, hanya setengah dari tulang yang keropos yang pulih setelah satu tahun kembali ke Bumi.

Tulang, seperti otot, selalu tumbuh, dan telah berevolusi untuk membentuk kembali dirinya sendiri di bawah tekanan mekanis konstan yang disebabkan oleh gravitasi bumi. Dan, seperti halnya otot, jika tulang yang menahan beban itu tidak digunakan, contohnya karena mengalami gravitasi rendah yang panjang di luar angkasa, tulang dapat melemah secara permanen.

“Kami menemukan bahwa tulang yang menahan beban hanya pulih sebagian pada sebagian besar astronaut satu tahun setelah penerbangan luar angkasa,” kata penulis utama penelitian itu, Leigh Gabel, asisten profesor Kinesiologi di University of Calgary di Kanada, sebagaimana dilansir Live Science. “Ini menunjukkan keropos tulang permanen akibat penerbangan luar angkasa hampir sama dengan keropos tulang terkait usia satu dekade di Bumi.”

Penelitian itu melibatkan tulang dari 17 astronaut yang tinggal di International Space Station (ISS). Astronaut itu terdiri dari 14 pria dan tiga perempuan dengan usia rata-rata 47 tahun. Mereka tinggal di ISS antara 4-7 bulan.

Untuk melacak kerusakan dan pemulihan tulang astronaut, para peneliti memindai daerah tertentu dari tubuh mereka, seperti pergelangan tangan, pergelangan kaki dan tulang kering, sebelum mereka melakukan perjalanan ke ISS dan segera setelah mereka kembali. Para peneliti kemudian melakukan dua pemindaian lanjutan pada enam dan 12 bulan setelah para astronaut kembali ke Bumi.

Pemindaian dilakukan dengan menggunakan teknik yang disebut high-resolution peripheral quantitative computed tomography (HR-pQCT), yang membangun gambar struktur tulang manusia dalam 3D pada skala yang lebih halus daripada lebar rambut manusia. Dengan menggunakan pemindaian ini, para peneliti menemukan kandungan mineral tulang dan kepadatan tulang para astronot, yaitu indikator kunci tentang seberapa rentan tulang terhadap patah.

Hasilnya menunjukkan bahwa, dari 17 astronaut, 16 belum mendapatkan kembali kekuatan tibia pra-angkasa mereka setelah satu tahun pemulihan. Selain itu, setelah tahun pemulihan, delapan astronaut yang menghabiskan lebih dari enam bulan di luar angkasa memiliki tulang tibia yang telah mengalami penuaan yang setara dengan satu dekade dan dapat mempertahankan kekuatan 334 Newton lebih sedikit daripada yang mereka bisa sebelum misi luar angkasa. Sebaliknya, tulang-tulang lengan bawah (jari-jari) para astronaut nyaris tidak rusak sama sekali, kemungkinan karena tulang-tulang ini tidak menahan beban.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.
%d blogger menyukai ini: