Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi babi (Foto: Pexels/Pixabay)

Menjaga Organ Tetap ‘Hidup’ Sebelum Ditransplantasi

Babi banyak dijadikan inspirasi untuk penelitian terhadap manusia. Baru-baru ini ada babi yang sudah mati selama satu jam, tapi sel-sel hati, otak, dan jantungnya masih bekerja. Semuanya berkat sebuah sistem baru bernama OrganEx.

Sistem ini memungkinkan ilmuwan menjaga organ-organ babi yang baru saja mati agar tetap hidup, dengan menghubungkan organ itu ke sistem pompa, filter, dan cairan yang mengalir. Prosedur ini tidak mengembalikan fungsi otak atau menghidupkan babi yang mati, melainkan memastikan bahwa fungsi sel tertentu di organ vital hewan terus bekerja.

Nah, penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature ini akan sangat berguna untuk membantu menjaga kesehatan dan pemulihan organ manusia yang didonorkan untuk digunakan dalam prosedur transplantasi. Proses ini dapat memperluas jumlah organ yang tersedia untuk transplantasi dengan membalikkan efek iskemia, yaitu efek di mana organ mengalami kerusakan akibat aliran darah dan suplai oksigen yang tidak memadai pada organ yang didonorkan.

Dan secara teori, alat seperti itu juga dapat digunakan pada manusia hidup untuk mengobati iskemia yang terjadi selama stroke atau serangan jantung, kata Dr. Robert Porte, seorang profesor di departemen bedah di Universitas Groningen di Belanda, sebagaimana dilansir Live Science. Hanya saja, masih butuh banyak waktu sebelum semua itu bisa terwujud.

Stephen Latham, Direktur Pusat Interdisipliner Yale untuk Bioetika dan salah satu penulis studi tersebut, mengatakan percobaan pada babi menunjukkan bahwa sistem OrganEx dapat memulihkan beberapa fungsi sel di beberapa organ setelah darah berhenti mengalir ke organ tersebut. Tetapi tingkat pemulihannya berbeda antar organ.

“Kita perlu mempelajari lebih detail sejauh mana kerusakan iskemik diperbaiki di berbagai jenis organ sebelum kita mencoba eksperimen seperti ini pada manusia yang menderita kerusakan anoksik, yang berarti kerusakan organ akibat kekurangan oksigen,” kata Latham.

Penelitian baru ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, yang diterbitkan pada tahun 2019 di jurnal Nature, di mana para peneliti menggunakan versi yang lebih kecil dari sistem yang sama untuk memulihkan beberapa aktivitas sel dan metabolisme di otak babi yang telah mati.

Sistem yang lebih kecil ini, yang disebut BrainEx, memompa cairan yang penuh dengan Hemopure, yaitu bentuk sintetis dari protein hemoglobin, yang membawa oksigen dalam sel darah merah, melalui pembuluh darah otak. Cairan itu juga mengandung senyawa kimia yang dimaksudkan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah dan sel-sel dari penghancuran diri melalui proses yang disebut “apoptosis“.

Memompa cairan ini melalui otak mencegah pembengkakan organ, seperti yang biasanya terjadi setelah kematian, dan memungkinkan fungsi sel tertentu berlanjut hingga empat jam setelah kematian.

Sel sebenarnya tidak mati secepat yang kita asumsikan, yang pada dasarnya membuka kemungkinan untuk intervensi. Dengan kata lain, jika para ilmuwan dapat segera turun tangan, mereka dapat menyelamatkan beberapa sel dari malapetaka.

Dalam penelitian terbaru, peneliti pada dasarnya meningkatkan sistem BrainEx menggunakan perangkat yang mirip dengan mesin jantung-paru, yang mengambil alih peran jantung dan paru-paru selama operasi dengan memompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh.

Tim menggunakan perangkat ini untuk memompa darah babi dan versi modifikasi dari cairan sintetik yang menyelamatkan sel melalui tubuh babi yang telah mati. Larutan sintetiknya mengandung 13 senyawa yang dimaksudkan untuk menekan peradangan, menghentikan pembentukan bekuan darah, mencegah kematian sel, dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit yang muncul saat iskemia terjadi.

Untuk menguji OrganEx, tim menginduksi serangan jantung pada babi yang dibius, dan kemudian setelah satu jam, mereka menghubungkan hewan ke perangkat. Mereka membandingkan babi yang diberi OrganEx dengan babi yang dirawat dengan sistem oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO), yang hanya memompa darah beroksigen melalui tubuh hewan.

Setelah enam jam, tim menemukan bahwa ECMO tidak cukup mengalirkan darah ke semua organ hewan dan banyak pembuluh darah yang luruh, seperti biasanya setelah kematian. Hewan yang ditangani dengan ECMO juga menunjukkan tanda-tanda perdarahan dan pembengkakan jaringan yang luas.

Adapun OrganEx mengurangi tingkat kematian sel dan meningkatkan pelestarian jaringan di seluruh tubuh. Babi yang diberi OrganEx menunjukkan tanda-tanda perbaikan sel yang terjadi di otak, jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan pankreas, dan organ vital ini mempertahankan fungsi sel dan metabolisme tertentu selama percobaan enam jam.

Jantung, khususnya, menunjukkan tanda-tanda aktivitas listrik dan mampu berkontraksi. Pemeriksaan lebih lanjut pada jantung, ginjal, dan hati babi juga mengungkapkan bahwa gen spesifik yang terlibat dalam perbaikan sel telah diaktifkan di organ, sedangkan pada babi yang ditanyani dengan ECMO tidak.

Hasilnya mengisyaratkan bahwa, suatu hari nanti, OrganEx atau komponen sistem dapat diterapkan dalam pengobatan iskemia dan dalam pelestarian organ transplantasi, terutama dalam kasus “donasi setelah kematian peredaran darah”, di mana organ yang disumbangkan telah kekurangan sirkulasi darah selama beberapa waktu sebelum transplantasi. Tetapi sekali lagi, diperlukan lebih banyak penelitian.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.