Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi gempa bumi. Dok Maslazzar/Pixabay

Luluhlantakkan Cianjur: Mengenal Gempabumi, Sesar Aktif, dan Mitigasinya

Gempabumi dengan magnitudo (M) 5,6 terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan dirasakan sampai ke Jakarta, Senin (21/11) kemarin. Gempabumi ini merenggut 162 orang tewas yang didominasi anak-anak dan ratusan lainnya terluka. Belum termasuk kerusakan bangunan, fasilitas umum, jalan raya, dan lainnya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempabumi itu diduga akibat pergerakan Sesar Cimandiri yang berpusat di sekitar Sukabumi-Cianjur. Gempa itu terjadi akibat patahan geser.

BMKG menyebutkan, karena berasal dari sesar aktif, maka gempabumi yang terjadi kemarin bisa disebut sebagai gempa kerak dangkal (Shallow crustal earthquake).

Dikutip dari berbagai sumber, sesar aktif adalah sesar yang telah berulangkali memicu gempa pada masa lalu dan riwayatnya menunjukkan kemungkinan aktif kembali. Adapun tingkat risiko gempa sesar aktif tergantung kepada interval pengulangan gempa, kompleksitas sesar, dan perkembangan wilayah di daerah tersebut.

Indonesia terletak antara tiga pertemuan lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.

Fakta telah menyebutkan bahwa pertemuan antara tiga lempeng besar itu menyebabkan pergerakan sekunder pada sesar lokal. Sesar-sesar kecil ini terdesak sehingga menimbulkan sumber-sumber gempa bumi tektonik sebagaimana yang terjadi di Cianjur.

Untuk diketahui, gempa tektonik berdasarkan sumbernya bisa dibagi sebagai berikut:
• Zona tunjaman lempeng/subduksi, di mana gempa terjadi pada pertemuan antar lempeng; lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua. Jenis gempabumi ini bisa dibagi dua lagi: lajur interplate (meghathrust 0-50 km) dan lajur intraplate Benioff (70-250 km).
• Zona sesar kerak dangkal (Shallow crustal earthquake) di mana gempa terjadi di dalam kerak bumi dangkal, sebagaimana di Cianjur dan sekitarnya kemarin.
• Zona sumber gempa menyebar (diffuse), yaitu daerah yang memiliki potensi kegempaan sama seperti berhubungan zona back arc, back arc basin, fragmen renik kontinen dll.
• Zona sumber gempa latar belakang (Background earthquake), yaitu daerah yang tidak diketahui aspek kegempaanya dan sedikit memiliki catatan gempa tetapi berpeluang menimbulkan gempa.

Sebagai pengetahuan, gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang gempabumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi.

Parameter untuk gempabumi itu terdiri dari: waktu terjadinya gempabumi (Origin Time – OT); Lokasi pusat gempabumi (Episenter); Kedalaman pusat gempabumi (Depth); dan Kekuatan Gempabumi (Magnitudo).

Adapun karakteristik gempabumi bisa dijabarkan sebagai berikut: berlangsung dalam waktu yang sangat singkat; lokasi kejadian tertentu; akibatnya dapat menimbulkan bencana; berpotensi terulang lagi; belum dapat diprediksi; tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi.

Wilayah Indonesia adalah kawasan rawan gempabumi dan tsunami. Sumber gempa di Indonesia ada dua macam, yaitu zona sumber gempa Megathrust sebanyak 13 segmen dan zona sumber gempa sesar aktif sebanyak 295.

Kalau kamu tinggal di daerah yang dilewati oleh sumber-sumber gempabumi ini bagaimana harus bersikap?

Menurut BMKG tidak perlu cemas dan takut, tetapi harus lebih meningkatkan mitigasi. Belajar dari beberapa peristiwa gempabumi akibat sesar aktif, biasanya aktivitas sesar didahului gempa-gempa mikro sebagai gempa pendahuluan (foreshocks). Ini pernah terjadi di Yogyakarta pada 2006, yang bermagnitudo 6,4, gempa; di Lombok pada 2018 magnitudo 7,0; di Palu pada 2018 dengan magnitudo 7,5; dan gempa di Halmahera Selatan dengan magnitudo 7,2.

Mitigasinya bagaimana? Dirikanlah bangunan dengan struktur yang tahan gempa bumi!

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.