Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi virus (Matt/Pixabay)

Virus ‘Zombie’ Dicairkan dari Permafrost, Bisakah Menginfeksi Manusia?

Virus ‘zombie’ ditemukan dalam lapisan beku permafrost di Siberia. Para peneliti telah mengisolasi mikroba dari lapisan permafrost yang mencair setelah puluhan ribu tahun. Tapi dapatkah virus itu menginfeksi manusia?

Peneliti menemukan virus, bakteri, dan spora jamur yang tersembunyi di bawah tanah Arktik yang sangat dingin. Tidak seperti sisa es di bagian belakang freezer kita, beberapa mikroba ini belum berinteraksi dengan sel sejak jauh sebelum orang Mesir kuno membangun Piramida Giza.

Namun, saat perubahan iklim membuat Bumi kita tambah panas, kuman-kuman yang terkunci di permafrost ini mulai mencair. Permafrost adalah lapisan tanah yang mengalami pembekuan selama lebih dari 2 tahun. Permafrost sendiri terjadi di area yang biasa memiliki kondisi udara nol derajat Celcius ataupun di bawahnya.

Tetapi bisakah mikroba yang baru cair “bangun” dan menginfeksi sesuatu? Dan seberapa besar potensi ancaman yang ditimbulkannya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan? Itulah serangkaian pertanyaan yang diselidiki oleh tim ilmuwan internasional dalam studi baru mereka.

Timbulnya wabah penyakit dalam skala besar yang disebabkan bakteri atau virus yang cair dari permafrost memang belum pernah terjadi. Kawanan rusa Siberia secara berkala kontak dengan virus antraks dari bakteri di permafrost yang meleleh, menurut penelitian yang diterbitkan pada tahun 2021 di jurnal Frontiers in Veterinary Science, dan masalah ini juga memengaruhi segelintir manusia di wilayah ini.

Pada studi baru itu, para peneliti mengisolasi 13 virus yang baru dideskripsikan dari tujuh sampel permafrost dan dua sampel air yang diambil dari sungai Siberia. Tiga dari virus – bernama Megavirus mammoth, Pithovirus mammoth, dan Pandoravirus mammoth – ditemukan di dalam wol mammoth yang membatu berusia 27.000 tahun. Yang lain ditemukan di usus beku serigala Siberia kuno.

Dalam pengaturan laboratorium yang tertutup, para ilmuwan dengan hati-hati mencairkan mikroba dan mengurutkan genomnya. Kemudian, para peneliti menginfeksi sel amoeba dengan virus yang baru terbangun. Meskipun berusia hingga 48.000 tahun, beberapa virus mampu bereplikasi di dalam amoeba, menyebabkannya pecah dan melepaskan partikel virus baru.

“Yang kami hidupkan kembali tidak berbahaya sama sekali; mereka hanya menginfeksi amoeba,” kata Jean-Michel Claverie, ahli mikrobiologi komputasi di Universitas Aix-Marseille di Prancis dan salah satu penulis studi baru tersebut, kepada Live Science. “Tetapi keberadaan dan infektivitas mereka menunjukkan bahwa virus purba yang menginfeksi hewan/manusia masih bisa menular.”

Para peneliti berfokus pada virus yang menginfeksi amoeba karena ia adalah model organisme yang baik dan karena akan ada risiko minimal tumpahan yang tidak disengaja ke teknisi laboratorium. “Kami menggunakan amoeba yang punya jarak evolusi miliaran tahun dengan manusia dan mamalia lain, sebagai perlindungan terbaik,” kata mereka.

Studi sebelumnya tentang virus yang terkunci di dalam permafrost Arktik hanya sedikit dan jarang. Namun, penulis mengatakan penelitian ini membantah hipotesis lama yang mengatakan bahwa permafrost mengandung sedikit mikroba yang viable; selain virus yang mereka hidupkan kembali, tim menemukan bukti jejak banyak spesies lain, termasuk beberapa yang terkait dengan patogen manusia yang diketahui, seperti poxvirus dan virus herpes. Tetapi jika salah satu dari strain ini benar-benar terbangun dan menginfeksi manusia, vaksin modern kemungkinan akan mampu memberikan perlindungan.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.