Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi bumi dan matahari (Foto: Arek Socha/Pixabay)

Gelombang Kejut Matahari Hantam Bumi, Ini Efeknya

Sebuah gelombang kejut dari hembusan angin Matahari telah mengirimkan rentetan material berkecepatan tinggi yang menabrak medan magnet Bumi, membuka celah di magnetosfer. Diduga, rentetan plasma dapat menyebabkan badai geomagnetik, menurut spaceweather.com.

Dilansir dari Live Science, asal-usul gelombang kejut itu tidak diketahui secara pasti. Tetapi para ilmuwan berpikir itu bisa berasal dari lontaran massa koronal yang diluncurkan oleh sunspot AR3165, area di permukaan matahari yang melepaskan setidaknya delapan solar flare pada 14 Desember lalu, yang menyebabkan terjadinya pemadaman radio singkat di atas Samudra Atlantik.

Sunspot adalah area di permukaan matahari yang memiliki medan magnet yang kuat, tercipta oleh aliran muatan listrik, membentuk simpul sebelum tiba-tiba patah. Pelepasan energi yang dihasilkan meluncurkan semburan radiasi yang disebut semburan matahari (Solar flare), atau semburan material matahari yang disebut coronal mass ejections (CMEs). Setelah diluncurkan, CME bergerak dengan kecepatan jutaan mil per jam, menyapu partikel bermuatan dari angin matahari untuk membentuk muka gelombang gabungan raksasa yang (jika mengarah ke Bumi) dapat memicu badai geomagnetik.

Badai geomagnetik terjadi ketika puing-puing matahari yang energetik (kebanyakan terdiri dari elektron, proton, dan partikel alfa) diserap oleh, dan selanjutnya memampatkan, medan magnet bumi. Partikel matahari menembus atmosfer dekat kutub di mana medan magnet pelindung Bumi paling lemah dan mengaduk molekul oksigen dan nitrogen, sehingga melepaskan energi dalam bentuk cahaya untuk membentuk aurora berwarna-warni seperti cahaya utara.

Badai itu juga dapat membuat retakan di magnetosfer, yang akan tetap terbuka selama berjam-jam, memungkinkan beberapa materi matahari mengalir dan mengganggu satelit, komunikasi radio, dan sistem tenaga.

Untungnya, potensi badai kali ini, yang diprediksi termasuk kelas G-1, akan cukup lemah. Ia hanya akan menyebabkan fluktuasi kecil pada jaringan listrik dan mengganggu beberapa fungsi satelit — termasuk untuk perangkat seluler dan sistem GPS. Itu juga bisa menyebabkan aurora muncul sejauh di selatan Michigan dan Maine.

Badai geomagnetik yang lebih ekstrim dapat memiliki efek yang jauh lebih serius. Badai itu tidak hanya dapat membengkokkan medan magnet planet kita dengan cukup kuat untuk mengirim satelit jatuh ke Bumi, tetapi juga dapat mengganggu sistem kelistrikan dan bahkan melumpuhkan internet.

Badai yang akan datang adalah yang terkini dari serangkaian serangan matahari yang ditembakkan ke Bumi saat matahari naik ke fase paling aktif dari siklus matahari kira-kira 11 tahun. Para astronom telah mengetahui sejak 1775 bahwa aktivitas matahari naik dan turun dalam siklus. Tetapi baru-baru ini, matahari menjadi lebih aktif dari yang diperkirakan, dengan munculnya sunspot hampir dua kali lipat yang diprediksi oleh National Oceanic and Atmospheric Administration.

Para ilmuwan mengantisipasi bahwa aktivitas matahari akan terus meningkat selama beberapa tahun ke depan, mencapai maksimum pada tahun 2025 sebelum menurun lagi. Badai matahari terbesar dalam sejarah adalah Peristiwa Carrington 1859, yang melepaskan energi yang kira-kira sama dengan 10 miliar bom atom 1 megaton. Setelah menabrak Bumi, aliran kuat partikel matahari merusak sistem telegraf di seluruh dunia dan menyebabkan aurora yang lebih terang dari cahaya bulan purnama hingga ke selatan Karibia.

Jika peristiwa serupa berulang hari ini, diperkirakan kerusakan yang timbul bisa mencapai triliunan dolar, memicu pemadaman listrik yang meluas, dan membahayakan ribuan nyawa. Badai matahari sebelumnya pada tahun 1989 melepaskan semburan gas satu miliar ton yang menyebabkan pemadaman listrik di seluruh provinsi Quebec di Kanada.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.