Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi dunia pararel atau multiverse (Foto: Gerd Altmann/Pixabay)

Teori Multiverse di Balik Film “Everything Everywhere All At Once”

Film “Everything Everywhere All At Once” memenangi tujuh piala Oscar. Film ini menceritakan tentang Evelyn Wang, yang diperankan oleh Michelle Yeoh, yang harus terhubung dengan beberapa versi dunia pararelnya untuk mencegah sebuah kekuatan besar menghancurkan multiverse itu.

Dilansir dari Daily Mail, dari plot ini kita tahu bahwa film ini terinspirasi oleh dua teori tentang multiverse: yaitu penafsiran “banyak dunia” dan gelembung kosmik.

Pemikiran soal multiverse sendiri menunjukkan bahwa kosmos kita adalah salah satu dari sejumlah alam semesta ‘alternatif’ yang berbeda. Jumlah alam semesta bisa jadi tidak terbatas, artinya ada versi realitas yang tidak terbatas, beberapa di antaranya sangat mirip dengan milik kita.

Beberapa dapat memiliki planet, masyarakat, dan bahkan manusia yang serupa dengan Bumi. Lainnya mungkin ada di mana dinosaurus tidak musnah, atau Jerman memenangkan Perang Dunia 2 dan sebagainya.

Mungkin terdengar tidak masuk akal, tetapi konsep ini menjadi bahan perdebatan serius di antara fisikawan. Fisikawan Prof. Brian Cox termasuk salah satu yang mendukung gagasan mungkin ada banyak alam semesta. Bahkan, Profesor Stephen Hawking dalam makalah terakhir sebelum wafat pada Maret 2018 mengatakan alam semesta kita adalah salah satu dari banyak alam semesta, masing-masing dengan keadaan fisik yang mirip.

Nah, dalam multiverse ada yang disebut penafsiran “banyak dunia”. Konsep ini memiliki gagasan bahwa ada banyak versi dari diri kita sendiri. Konsep ini dirancang oleh Hugh Everett pada akhir 1950-an, yang mengembangkan ide tersebut untuk tesis PhD-nya. Interpretasi ini mengusulkan setiap peristiwa dapat memiliki lebih dari satu hasil yang menyebabkan realitas terpecah dan bercabang untuk menciptakan alam semesta baru di mana peristiwa alternatif terjadi.

Sedangkan gelembung kosmik menunjukkan bahwa karena alam semesta mengembang dengan kecepatan luar biasa setelah Big Bang, ia menciptakan fluktuasi kuantum yang menyebabkan alam semesta gelembung terpisah yang berkembang dengan caranya sendiri.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.