Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi bahtera Nuh (foto: Jeff Jacobs /Pixabay)

Air Bah pada Masa Nabi Nuh, Benarkah Pernah Terjadi?

Air Bah tercatat dalam Alkitab, khususnya di Perjanjian Lama. Ini ada peristiwa turunnya banjir besar yang memenuhi Bumi dan Nabi Nuh kemudian diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera besar dan menyelamatkan keluarga serta hewan-hewan. Tapi benarkah pernah terjadi banjir besar yang melanda seluruh Bumi?

Banjir global ini rupanya menurut sudut pandang ilmu geologi, tidak pernah terjadi.

“Bila Anda melihatnya sebagai banjir global yang menutupi gunung tertinggi di dunia, maaf, tidak ada cukup air di Bumi untuk melakukan itu,” kata David Montgomery, seorang profesor geomorfologi di Universitas of Washington di Seattle, dan penulis buku The Rock Don’t Lie: A Geologist Investigates Noah’s Flood, kepada Live Science.

Menurut US Geological Survey, seandainya pun terjadi “surga” terbuka dan seluruh air di atmosfer turun sebagai hujan dan seluruh Bumi terendam, maka kedalamannya hanya sekitar 2,5cm saja. Kedalaman ini tidak bisa dilalui oleh kano apalagi bahtera yang besar seperti Bahtera Nuh.

Bagaimana jika lebih dari air dari “surga”? Jika semua gletser dan lapisan es di dunia mencair, maka menurut NASA, permukaan laut hanya akan naik 60 meter lebih. Selain itu, sebuah studi tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience memperkirakan bahwa ada 22,6 juta kilometer kubik air tanah yang tersimpan di 2 km bagian atas kerak bumi, yang cukup untuk menutupi tanah hingga kedalaman 180 m.

Airnya memang banyak sekali, tetapi ada kota-kota yang tingginya ribuan kaki di atas permukaan laut, dan Gunung Everest, gunung tertinggi di Bumi, tingginya 8.849m di atas permukaan laut.

Selain itu, ahli geologi tidak melihat bukti banjir global dalam catatan batuan.

Kisah alkitabiah punya hal-hal lain yang dipertanyakan oleh para ilmuwan. Misalnya, Nuh berusia 600 tahun ketika air bah dimulai. Secara sains, manusia disebut tidak hidup selama itu. Selain itu, sebagian besar spesies juga tidak akan bertahan jika direduksi menjadi hanya dua hewan karena mereka tidak akan memiliki keragaman genetik yang cukup untuk menciptakan populasi yang layak.

Terlebih lagi, ilmuwan mempertanyakan bagaimana caranya setiap hewan bisa masuk ke bahtera. Mereka nembayangkan penguin berjalan dari Antartika ke Timur Tengah. Apa mungkin?

Menurut dokumen sejarah, peristiwa air bah ini kemungkinan besar lebih merupakan alegoris ketimbang suatu peristiwa nyata.

Ira Spar, seorang profesor studi kuno di Ramapo College of New Jersey, mengatakan kepada Live Science bahwa kisah-kisah alkitabiah dalam Perjanjian Lama, yang ditulis antara 800 SM dan 500 SM, kemungkinan berasal dari tradisi lisan yang lebih tua dan berbagai sumber.

Ada catatan yang sedikit berbeda tentang kisah banjir Nuh di buku-buku agama lain, seperti Al-Qur’an. Sementara versi awal dari bencana banjir berasal dari teks kuno Mesopotamia. Spar mencatat bahwa ada kisah banjir Sumeria yang terekam dalam fragmen-fragmen yang berasal dari akhir milenium ketiga SM.

“Siapa yang tahu seberapa jauh ke belakang ceritanya?” kata Spar.

Jika kita menganggap sumber banjir Nuh sebagai banjir regional dan bukan banjir global, maka tidak terlalu mengada-ada. Montgomery menjelaskan bahwa beberapa banjir yang “masuk akal secara geologis” dapat terjadi dan menginspirasi cerita tersebut.

Misalnya, pada akhir 1990-an, ahli kelautan William Ryan dan Walter Pitman berhipotesis pada pertemuan American Geophysical Union bahwa sekitar 7.500 tahun yang lalu, Laut Mediterania mulai mengalir ke Laut Hitam yang saat itu terisolasi. Hal ini menyebabkan banjir besar di sekitar Laut Hitam. Mungkin inilah asal muasal cerita banjir Nuh.

Kisah air bah pada masa nabi Nuh ini memang masih terbuka untuk diperdebatkan.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.