Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi cyber security (Foto: Werner Moser/Pixabay

Sektor Keuangan Target Utama Penjahat Siber, naik 248 Persen

Serangan Ransomware yang melumpuhkan sejumlah layanan Bank Syariah Indonesia (BSI) beberapa waktu lalu sangat mengejutkan publik. Tapi kalau memperhatikan laporan terbaru dari Akamai Technologies berjudul Slipping Through The Security Gaps: The Rise of Application and API Attacks Against Organizations, sektor keuangan di Asia Pasifik dan Jepang memang sudah menjadi target utama penjahat siber akhir-akhir ini.

Laporan ini mengungkapkan bahwa serangan aplikasi web dan API terhadap sektor keuangan di APJ meningkat sebesar 248 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan serangan aplikasi web dan API sebesar 248 persen dalam sektor keuangan di APJ jauh lebih tinggi daripada kenaikan serangan pada tingkat global sebesar 169 persen.

Angka tersebut menunjukkan bahwa organisasi layanan keuangan di wilayah ini rentan menjadi target dan berisiko tinggi karena pelaku ancaman akan meningkatkan jumlah, frekuensi, dan kecanggihan serangannya.

“Lonjakan serangan sebesar hampir 250 persen tersebut berkaitan dengan investasi organisasi layanan keuangan di APJ yang signifikan untuk menggencarkan transformasi digital sekaligus ekspansi beragam produk dan layanan digital yang berfokus pada pelanggan. Ini merupakan masalah krusial bagi organisasi layanan keuangan, seiring semakin banyaknya digitalisasi, semakin banyak pula celah serangan secara keseluruhan, sehingga pelaku ancaman pun akan semakin berpeluang besar untuk melakukan serangan siber,” ucap Reuben Koh, Security Technology and Strategy Director (APJ), Akamai, dalam keterangannya, baru-baru ini.

Jumlah serangan aplikasi web dan API di APJ secara keseluruhan dalam 24 bulan belakangan meningkat stabil, dengan rata-rata sekitar 10 juta serangan per hari. Akamai juga mengamati hari-hari ketika serangan mencapai lebih dari 60 juta, yang menunjukkan bahwa organisasi regional selalu rentan untuk menjadi target risiko serangan intensitas tinggi.

Serangan Local File Inclusion (LFI) adalah vektor serangan yang paling umum di APJ. Jumlahnya meningkat sekitar 154 persen dari tahun sebelumnya, melampaui serangan XSS dan SQLi. Serangan LFI mengeksploitasi praktik coding yang tidak aman atau kerentanan yang sebenarnya pada server web untuk menjalankan kode dari jarak jauh atau mengakses informasi sensitif yang disimpan secara lokal.

Server web berbasis PHP sangat rentan terhadap serangan LFI karena metodenya saat ini yang memintas filter input. Sebagian besar situs web populer, seperti Facebook, WordPress, dan Wikipedia, menjalankan PHP – artinya meningkatkan kecenderungan penggunaan LFI. Kenaikan serangan LFI di APJ menunjukkan bagaimana pelaku ancaman selalu berinovasi dalam tekniknya dan mengubah targetnya sesuai perilaku pelanggan untuk memaksimalkan pengembalian investasi.

Beberapa hal yang disoroti dalam laporan tersebut:

  • Tiga industri teratas di APJ yang mengalami serangan aplikasi web dan API pada tahun 2022 adalah: layanan keuangan (2 miliar), perdagangan (980 juta), dan media digital (393 juta).
  • Australia dan Jepang, yang dikenal sebagai pusat keuangan penting di APJ, mengalami kenaikan serangan aplikasi web dan API terbesar dalam sektor keuangan, masing-masing sebesar 259 persen dan 1.635 persen, dibanding tahun sebelumnya.
  • Pola serangan aplikasi web dan API di Australia pada tahun 2022 bersifat konstan serta konsisten dengan hanya beberapa serangan big-bang, sedangkan sebagian besar serangan di Jepang berjenis big-bang. Hal ini menunjukkan bahwa vertikal dan organisasi khusus di negara tersebut selalu menjadi target serangan.
  • Serangan terhadap sektor teknologi tinggi Jepang juga meningkat sebesar lebih dari 116 persen dibanding tahun sebelumnya pada 2022. Kemungkinan besar ini diakibatkan oleh besarnya investasi Jepang dalam bidang R&D dan teknologi canggih.
  • India mengalami kampanye serangan konstan dan konsisten yang berfokus pada sektor ritel dan perdagangan, dengan kenaikan serangan aplikasi web dan API sebesar hampir 90 persen dari tahun sebelumnya pada 2022. Karena jumlah peritel online dan total pembelanjaan melalui e-commerce di India terus meningkat, kedua sektor ini menjadi target empuk bagi para pelaku kejahatan siber. Serangan dalam layanan keuangan di India meningkat sebesar 56 persen dari tahun sebelumnya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.