Badan PBB, UNESCO, menetapkan 42 Situs Warisan Dunia terbaru untuk tahun 2023, memperpanjang daftar situs warisan dunia ini menjadi 1.199 situs di seluruh dunia.
Situs Warisan Dunia adalah bangunan dan kawasan yang diakui secara global dengan ‘Nilai Universal Luar Biasa’, yang berarti bahwa bangunan dan kawasan tersebut memiliki arti penting bagi semua orang.
Mengutip website resmi UNESCO, World Heritage Commitee dari UNESCO sendiri telah mengadakan pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, pada 10-25 September.
Dari tanggal 12 hingga 16 September, Komite memeriksa status konservasi 263 situs yang telah terdaftar dalam Daftar Warisan Dunia, mengubah status tiga kawasan secara khusus, yaitu mengeluarkan Makam Raja Buganda di Kasubi, Uganda, dari Daftar Warisan Dunia UNESCO dalam Bahaya; dan memasukkkan Katedral Saint Sophia dan biara terkait serta Lavra of Kyiv-Pechersk” dan “L’viv – the ensemble of the historic centre” di Ukraina ke dalam daftar itu.
Komite juga menambahkan 42 situs baru (33 budaya, 9 alam) ke dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.
Beberapa situs baru itu meliputi antara lain situs kebudayaan, yaitu: hutan teh tua di Gunung Jingmai, China; komplek pemakaman Gaya Tumuli di Korea Selatan; monumen batu rusa di Mongolia; lanskap kebudayaan Gedeo di Etiopia; situs prasejarah Talayotik Menorca di Spanyol; komplek candi Koh Ker di Kamboja; benteng era Viking di Denmark.
Adapun situs alam antara lain: garis pantai Anticosti yang menyimpan banyak sekali fosil di Kanada; Taman Nasional Pegunungan Bale di Etiopia; Gua dan Karst Evaporitic di Apennines utara, Italia; sampai dengan Uruq Bani Ma’arid di Arab Saudi.
Nah, kalau dari Indonesia, yang termasuk ke dalam situs warisan dunia terbaru itu adalah “The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks” (Poros Kosmologis Yogyakarta dan Bangunan Bersejarahnya).
Dilansir dari jogjaworldheritage.com, “The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks melambangkan peradaban dan budaya Jawa yang menunjukkan pertukaran penting antara sistem dan nilai-nilai kepercayaan.
“Penempatan landmark di sepanjang Axis dirancang untuk mewujudkan pemikiran filosofis Jawa tentang kehidupan manusia dalam bentuk fisik, khususnya siklus kehidupan (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis yang ideal (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan manusia. Sang Pencipta (Manunggaling Kawula Gusti), dan dunia mikrokosmik dan makrokosmik,” demikian dijelaskan.
Properti yang dinominasikan termasuk Kompleks Kraton dan landmark (monumen, bangunan, dan ruang) yang terletak di sepanjang sumbu selatan-utara sepanjang 6 km. Landmark tersebut terhubung secara spasial, baik dalam desainnya, melalui ritual, dan oleh sistem pengelolaan tradisional Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks menunjukkan peran penting pertukaran nilai-nilai kemanusiaan dan ideide antara sistem kepercayaan yang berbeda dan tumpang tindih terkait dengan animisme Jawa dan pemujaan leluhur, Hindu dan Buddha dari India, Islam baik dari India atau Timur Tengah, dan pengaruh Barat, yang diadaptasi dan diintegrasikan ke dalam kepercayaan dan budaya Kerajaan Mataram selama ratusan tahun.
“Kawasan ini memberikan kesaksian yang luar biasa untuk peradaban Jawa dan tradisi budaya yang hidup setelah abad ke-16 Masehi,” demikian dijelaskan lebih lanjut di website tersebut.
Untuk diketahui, selain landmark Yogyakarta ini, sudah ada 9 kawasan Indonesia yang termasuk ke dalam Situs Warisan Dunia, yaitu: Candi Borobudur, Sistem Subak di Bali, Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Lorentz, situs sejarah Penambangan Batu Bara Ombilin di Sawahlunto, kawasan Candi Prambanan, Situs Sangiran, warisan hutan hujan tropis di Sumatera, dan Taman Nasional Ujung Kulon.
Be First to Comment