Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi ular (Foto. Pixabay)

Catatan tentang Ular-Ular di Zaman Firaun, Ada Bertaring 4 yang Amat Langka

Tak banyak peradaban kuno seperti Mesir yang mewariskan pengetahuan mereka kepada generasi penerus dengan catatan-catatan yang terbilang lengkap. Salah satunya adalah catatan mengenai ular-ular berbisa yang pernah hidup di zaman Firaun, yang dideskripsikan dalam sebuah papirus Mesir kuno.

Dilansir dari Live Science, catatan itu menunjukkan ada lebih banyak jenis ular yang lebih beragam daripada yang kita bayangkan, yang pernah hidup di negeri Firaun.

Seperti lukisan gua, teks-teks dari masa awal sejarah sering kali menggambarkan hewan-hewan liar yang dikenal oleh para penulisnya. Mereka dapat memberikan beberapa rincian yang luar biasa, tapi mengidentifikasi spesiesnya memang masih sulit.

Nah, salah satu papirus, dokumen Mesir kuno yang disebut Papirus Brooklyn, yang berasal dari sekitar tahun 660-330 SM, namun kemungkinan merupakan salinan dari dokumen yang jauh lebih tua, mencantumkan berbagai jenis ular yang dikenal pada saat itu, efek gigitannya, dan pengobatannya.

Selain gejala gigitan, papirus ini juga menggambarkan dewa yang terkait dengan ular tersebut, atau yang campur tangannya dapat menyelamatkan pasien. Gigitan “ular besar Apophis” (dewa yang berwujud ular), misalnya, digambarkan menyebabkan kematian yang cepat. Pembaca juga diperingatkan bahwa ular ini tidak memiliki dua taring seperti biasanya, melainkan empat taring.

Ular-ular berbisa yang dideskripsikan di dalam Brooklyn Papyrus sangat beragam: Tercatat ada 37 spesies, di mana 13 di antaranya deskripsinya telah hilang. Saat ini, wilayah Mesir kuno adalah habitat spesies ular yang jumlahnya lebih sedikit daripada catatan itu.

Salah satu yang menarik dalam papirus itu adalah deskripsi mengenai ular bertaring empat.

Seperti kebanyakan ular berbisa yang bisa menyebabkan kematian, ular berbisa dan kobra yang sekarang ditemukan di Mesir hanya memiliki dua taring. Ular modern terdekat yang sering memiliki empat taring adalah boomslang (Disopholidus typus) dari sabana sub-Sahara Afrika, yang sekarang hanya ditemukan lebih dari 400 mil (650 km) di sebelah selatan Mesir sekarang.

Bisa pada boomslang dapat menyebabkan pendarahan hebat dan juga pendarahan otak yang mematikan. Mungkinkah ular Apophis merupakan gambaran awal dan terperinci dari boomslang? Dan jika ya, bagaimana orang Mesir kuno menemukan ular yang kini hidup jauh di selatan perbatasan mereka?

Untuk mengetahuinya, peneliti menggunakan model statistik yang disebut pemodelan relung iklim untuk mengeksplorasi bagaimana rentang jelajah berbagai ular Afrika dan Levantine (Mediterania timur) berubah dari waktu ke waktu. Pemodelan relung iklim merekonstruksi kondisi tempat tinggal suatu spesies, dan mengidentifikasi bagian-bagian planet yang menawarkan kondisi serupa.

Setelah model diajarkan untuk mengenali tempat-tempat yang cocok saat ini, kita dapat menambahkan peta kondisi iklim masa lalu. Ini kemudian menghasilkan peta yang menunjukkan semua tempat di mana spesies tersebut mungkin dapat hidup di masa lalu.

Penelitian menunjukkan bahwa iklim yang jauh lebih lembab pada masa awal Mesir kuno membuat tak banyak ular hidup di sana, pada saat ini. Peneliti fokus pada 10 spesies dari daerah tropis Afrika, wilayah Maghreb di Afrika utara dan Timur Tengah yang mungkin cocok dengan deskripsi papirus. Termasuk di antaranya adalah beberapa ular berbisa yang paling terkenal di Afrika seperti mamba hitam, puff adder, dan boomslang.

Peneliti menemukan bahwa sembilan dari sepuluh spesies yang ditemukan mungkin pernah hidup di Mesir kuno. Banyak di antaranya yang mungkin telah mendiami bagian selatan dan tenggara negara itu, yaitu di kawasan Sudan utara masa kini dan pantai Laut Merah. Yang lainnya mungkin hidup di lembah Sungai Nil yang subur dan bervegetasi atau di sepanjang pantai utara. Sebagai contoh, boomslang mungkin telah hidup di sepanjang pesisir Laut Merah di tempat-tempat yang 4.000 tahun yang lalu merupakan bagian dari Mesir.

Demikian pula, salah satu gambar ular yang “bermotif seperti burung puyuh” yang “mendesis seperti bellow pandai emas.” Ular Bitis arietans cocok dengan deskripsi ini. Tetapi saat ini hanya hidup di selatan Khartoum di Sudan dan di utara Eritrea. Sekali lagi, permodelan menunjukkan bahwa jangkauan spesies ini dulunya lebih jauh ke utara.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.