Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi ancaman keamanan (Foto. dok Akamai)

Akamai: Perusahaan di Asia Pasifik Tak Siap Mitigasi Ancaman Online

Akamai Technologies meluncurkan laporan baru bertajuk From Bad Bots to Malicious Scripts: The Effectiveness of Specialized Defenses. Salah satu yang menarik dari laporan ini adalah bahwa perusahaan-perusahaan di Asia-Pasifik dan Jepang (APJ) ternyata belum siap untuk menerapkan teknologi perlindungan khusus.

Akibatnya, bisnis di wilayah tersebut kesulitan untuk mencegah skrip berbahaya dan serangan pengambilalihan akun.

Berdasarkan survei terhadap tenaga profesional TI dan keamanan, laporan menyatakan bahwa solusi pihak ketiga khusus sudah lazim serta efektif untuk memerangi bot berbahaya, pengambilalihan akun (ATO), skrip pihak ketiga, juga pembajakan audiens.

“Serangan bot berbahaya, skrip, dan pengambilalihan akun dapat menembus perlindungan. Ini juga akan terus menimbulkan masalah yang lebih besar bagi bisnis,” ujar Reuben Koh, Director of Security Technology & Strategy di Akamai. “Dengan menerapkan pertahanan pihak ketiga khusus, organisasi akan mampu beradaptasi dan melawan berbagai teknik serangan kriminal siber yang selalu berubah-ubah. Organisasi akan jadi lebih efektif dalam menghalau ancaman online yang dapat menembus keamanan, sekaligus mengurangi risiko bagi bisnis secara keseluruhan.”

Berikut beberapa temuan lain di laporan itu:

1. Pengambilalihan Akun
Kejadian seperti ini di APJ sangat tinggi. Hampir tiga perempat (73 persen) bisnis mengatakan bahwa mereka pernah diserang dalam 12 bulan terakhir. Jumlah yang tinggi ini tidaklah mengejutkan. APJ memiliki tingkat penerapan solusi pencegahan ancaman pengambilalihan akun paling rendah – 60 persen, ketimbang global sebesar 83 persen. Secara global, peningkatan signifikan dan keuntungan yang paling sering dilaporkan oleh bisnis pengguna pertahanan khusus terhadap pengambilalihan akun adalah:
● Kemampuan untuk mendeteksi aktivitas penipuan atau mencurigakan (44 persen)
● Visibilitas atas indikator yang membahayakan akun (41 persen)
● Kemampuan untuk mendeteksi login penipuan atau mencurigakan (39 persen)

2. Perlindungan terhadap Skrip
Hanya dua pertiga bisnis di APJ (67 persen) yang menggunakan solusi perlindungan khusus terhadap skrip, jauh di bawah rata-rata global (85 persen). Perlindungan tidak memadai di tengah lingkungan yang tinggi ancaman – lebih dari tiga perempat (78 persen) bisnis di kawasan ini mengatakan bahwa mereka pernah menjadi target skrip berbahaya dalam 12 bulan terakhir. Ancaman dari skrip pihak ketiga yang berbahaya kian marak. Peraturan PCI DSS 4.0 mendatang, yaitu standar global yang akan menjadi fondasi dari standar teknis dan operasional untuk perlindungan data akun, memiliki persyaratan khusus seputar kewajiban untuk mengatasi ancaman sejenis ini. Secara global, 71 persen pengguna solusi pihak ketiga mengalami penurunan signifikan dalam penyalahgunaan perilaku skrip, sedangkan 24 persen pengguna lainnya mengalami penurunan sedang. Pengguna yang mengalami peningkatan signifikan melaporkan tiga keuntungan berikut:
● Kemampuan untuk mendeteksi bahaya pada skrip pihak pertama dan ketiga (38 persen)
● Kemampuan untuk memprioritaskan kejadian yang harus diselidiki (38 persen)
● Kemampuan untuk mematuhi persyaratan kepatuhan (38 persen)

3. Bot Berbahaya
64 persen bisnis di APJ mengalami serangan bot dalam 12 bulan terakhir (dibandingkan 75 persen secara keseluruhan). Secara global, hampir semua bisnis (97 persen) melaporkan peningkatan dalam upayanya memerangi bot. Lebih dari setengah (54 persen) pengguna menyatakan kemampuan keamanan siber mereka meningkat drastis sejak menerapkan solusi pihak ketiga. Pengguna yang mengalami peningkatan signifikan melaporkan tiga kemampuan dan keuntungan berikut:
● Kemampuan untuk menangani kejadian populer dan lonjakan trafik (47 persen)
● Peningkatan efektivitas pemasaran (42 persen)
● Kemampuan untuk menyeimbangkan kontrol keamanan dengan optimalisasi performa (41 persen)

4. Pembajakan Audiens
Hampir semua (92 persen) organisasi di APJ telah mengetahui tentang pembajakan audiens, di mana 26 persen di antaranya pernah mengalaminya. Pembajakan audiens sering mengakibatkan peritel online kehilangan pendapatan. Biasanya pelanggan akan memutuskan untuk membeli produk di tempat lain karena terpancing oleh harga yang lebih murah atau iklan penipuan. Secara global, bisnis yang pernah mengalami pembajakan audiens melaporkan dua dampak yang paling sering mereka alami:
● Peningkatan pengabaian keranjang belanja (43 persen)
● Peningkatan penipuan afiliasi (41 persen)

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.