Lahan gambut merupakan lahan basah yang terbentuk oleh material organik macam sisa pohon, rerumputan, dan jasad hewan yang membusuk. Indonesia memiliki lahan gambut tropis yang terbesar di dunia. Luasnya mencapai 13,43 juta hektare yang tersebar di tiga pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Lahan gambut sering dianggap sebagai lahan yang sulit dikembangkan menjadi lahan pertanian. Alasannya, tingkat kesuburan lahan gambut terbilang rendah dan sifat fisiknya kurang mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya komoditas pertanian macam bawang merah.
Peneliti dari Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP), Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sedang mengkaji potensi fly ash sebagai bahan amelioran untuk menyuburkan pertanian bawang merah di lahan gambut dan lahan kering dataran tinggi.
Fly ash atau abu terbang adalah limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batu bara pada pembangkit tenaga listrik. Sedangkan amelioran adalah bahan yang dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Amelioran dapat berupa bahan organik maupun anorganik.
Peneliti mengatakan, fly ash mengandung Al dan Fe yang dapat mengikat asam fenolat pada lahan gambut sehingga tidak meracuni tanaman, serta mengurangi kebutuhan bahan amelioran lainnya.
“Kegiatan riset ini tidak hanya melingkupi peningkatan kualitas tanah, tetapi juga mengubah pandangan terhadap lahan gambut sebagai sumber daya yang kurang produktif,” ujar Araz Meilin selaku Ketua Kelompok Riset (Kelris) Inovasi Teknologi Pengendalian OPT dan Pengelolaan Lahan Hortikultura dan Perkebunan Spesifik Lokasi di PRHP BRIN.
Diharapkan, dari penelitian ini juga akan mengurangi limbah industri dan menciptakan lahan pertanian yang lebih produktif.
Be First to Comment