Press "Enter" to skip to content
Ilustrasi bersin (Foto: Luisella Planeta LOVE PEACE/Pixabay)

Bersin Bisa Ditahan, Tapi Sebaiknya Jangan. Ini Alasannya

Bersin dipercaya sebagai respons refleks pelindung di luar kendali kesadaran kita terhadap iritasi yang terjadi dari dalam hidung. Kadang kita bisa menghentikannya dengan cara menutup hidung. Namun, dipercaya itu bukan ide yang baik.

Saat kita bersin, ada tekanan dalam saluran udara yang nilainya 30 kali lebih besar daripada bernafas berat saat berolahraga. Perkiraan kecepatan bersin berkisar antara 5 meter per detik hingga lebih dari 150 kilometer per jam.

Bersin terjadi ketika saraf sensorik di hidung kita dirangsang oleh iritasi seperti alergen, virus, bakteri, atau bahkan cairan. Saraf sensorik kemudian membawa informasi iritasi ini ke otak. Ketika jumlah ambang batas sinyal iritasi mencapai otak, refleks bersin pun terpicu.

Bersin pertama-tama melibatkan tarikan napas yang dalam dan penumpukan tekanan di dalam saluran napas. Hal ini kemudian diikuti oleh kontraksi diafragma dan otot tulang rusuk, refleks menutupnya mata, dan menghembuskan napas yang kuat.

Saat bersin, lidah Anda terangkat ke langit-langit mulut. Hal ini menutup bagian belakang mulut sehingga udara sebagian besar dipaksa keluar melalui hidung. Udara yang dikeluarkan melalui hidung akan membuang iritasi yang menyebabkan bersin. Suara “tch” saat bersin adalah sentuhan refleks lidah ke langit-langit mulut Anda.

Ada banyak saran tentang cara menghentikan bersin. Di antaranya menarik telinga, meletakkan lidah ke langit-langit mulut atau bagian belakang gigi, menyentuh hidung, atau bahkan memasukkan jari ke dalam hidung. Semua hal ini bertujuan menghalangi sinyal iritasi mencapai otak dan memicu bersin.

Tapi, apakah bersin harus dihentikan?

Menutup mulut atau hidung saat bersin akan meningkatkan tekanan di saluran udara lima hingga 20 kali lebih besar daripada bersin biasa. Tanpa jalan keluar, tekanan ini harus disalurkan ke tempat lain dan dapat merusak mata, telinga, atau pembuluh darah.

Meskipun risikonya rendah, mencegah bersin telah menyebabkan beberapa kasus aneurisma otak, tenggorokan pecah, dan paru-paru kolaps. Jadi, yang terbaik adalah mencegah bersin dengan mengobati alergi atau mengatasi iritasi. Jika gagal, terapkan gaya bersin pribadi Anda dan bersinlah ke tisu.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.