Di Pulau Kalimantan baru-baru ini ilmuwan menemukan spesies biawak tak bertelinga yang tampilannya mirip dengan naga. Penemuan ini sangat istimewa bagi dunia keilmuan herpetologi karena spesies ini sangat langka.
Dilansir dari Live Science, spesies bernama ilmiah Lanthanotus borneensis ini adalah satu-satunya anggota yang diketahui dari keluarganya, yaitu Lanthanotidae. Artinya, para peneliti belum menemukan spesies lain yang mirip dengan mereka saat ini.
Nenek moyang terbaru dari kadal ini diperkirakan telah menyimpang pada periode Cretaceous, pada 145 juta hingga 66 juta tahun yang lalu.
Biawak tak bertelinga ini dapat tumbuh hingga panjang 50cm, dengan tubuh ramping, tungkai kecil dan ekor yang dapat digunakan untuk menggenggam sesuatu.
Kepala mereka tidak memiliki telinga eksternal, oleh karena itu mereka dijuluki biawak tak bertelinga, dan kelopak mata bagian bawahnya, yang tertutup saat berada di bawah air, tembus pandang.
Para ilmuwan masih belum mengetahui banyak tentang kadal misterius ini, tetapi mereka percaya bahwa adaptasi hewan ini sesuai dengan gaya hidup di bawah air, menurut laporan tahun 2014 oleh TRAFFIC, sebuah organisasi satwa liar yang berfokus pada perdagangan spesies liar.
Biawak tanpa telinga menghabiskan hari-harinya dengan menggali di bawah vegetasi dan bebatuan di tepi sungai berbatu. Mereka keluar pada malam hari untuk mencari makanan di darat dan di air, menurut sebuah artikel tahun 2013 yang diterbitkan di Herpetological Review. Kotoran akan menempel pada sisik mereka yang menggumpal, jadi ketika mereka keluar, mereka memiliki kamuflase.
Diperkirakan mereka menggunakan ekornya sebagai jangkar, melilitkannya pada batu dan akar agar tidak terseret banjir. Mereka kawin di dalam air, dengan sesi yang berlangsung selama berjam-jam.
Menurut Animal Diversity Web, penampilan biawak tanpa telinga yang tidak biasa membuat para ilmuwan mengira bahwa mereka adalah mata rantai yang hilang antara ular dan kadal, tetapi kemudian dibantah.
Biawak ini merupakan satwa endemik Kalimantan. Sayangnya populasi mereka terancam punah oleh kombinasi deforestasi dan perdagangan hewan peliharaan, menurut Red List of Threatened Species yang ada di IUCN.
Be First to Comment