Sejak diperkenalkan pada 1998, emoji adalah medium yang sangat efektif untuk mengkomunikasikan tone, subteks, ironi, dan hal lain yang tidak bisa disampaikan melalui teks biasa. Sebuah riset mendapati dampak dari emoji bagi bisnis.
Untuk bisnis, emoji ternyata bisa dimanfaatkan juga untuk membangun hubungan yang lebih persuasif dengan pelanggan.
Baru-baru ini CleverTap, all-in-one engagement platform, melakukan riset dan menerbitkan laporan bertajuk Art of Emoji Report edisi e-commerce. Laporan ini menyoroti emoji mana yang paling sering digunakan, mana yang paling efektif, dan emoji mana yang harus dihindari.
Menurut Emojipedia Annual Report 2023 itu, ada lonjakan menakjubkan sebesar 77% YoY dalam penggunaan emoji. Banyak brand telah mendapati besarnya value yang terkandung dalam emoji, di mana 60% push notification yang dikirimkan di seluruh dunia mengandung emoji.
CleverTap Art of Emoji Report mendapati bahwa notifikasi yang mengandung emoji telah mendorong orang melakukan klik 12% lebih besar ketimbang notifikasi tanpa emoji.
CleverTap menganalisa 10 miliar data point dari 40 juta push notification yang dikirim oleh platform e-commerce di seluruh dunia, untuk memahami preferensi pelanggan, dampak dari emoji dan bagaimana marketer memanfaatkannya.
Didapati bahwa perusahaan-perusahaan eCommerce, terlepas di kawasan mana perusahaan ini berada, baru menggunakan 20% emoji yang punya performa terbaik dalam pesan mereka; sementara di beberapa kawasan, hingga 30% emoji yang paling sering digunakan malahan tidak memiliki performa yang baik.
Untuk membantu marketer membangun engagement yang lebih baik dengan pelanggan mereka melalui emoji, laporan ini menguraikan performa dari berbagai emoji berdasarkan kawasan, seperti emoji yang paling banyak digunakan, emoji yang punya performa paling baik, dan emoji yang wajib dihindari. Berikut adalah beberapa contoh dari laporan tersebut:
“Emoji adalah tools ampuh yang bisa digunakan oleh marketer manapun, yang mana saat digunakan dengan baik, emoji secara instan akan membuat pesan terasa hidup. Namun, sama seperti komunikasi personal, menggunakan emoji secara serampangan akan membingungkan penerima,” kata Joe Maulana Harahap, Country Manager Indonesia, CleverTap.
“Marketer harus bereksperimen dengan berbagai emoji untuk menemukan emoji mana yang paling efektif untuk target audiens mereka, namun hanya digunakan ketika konteksnya relevan. Kalau tidak, potensinya bakal hilang. Ingat bahwa Anda ingin menjaga agar segala sesuatunya tetap fresh, selalu relate, dan yang terpenting, peka terhadap budaya yang ada ketika Anda harus menggunakan tools persuasif semacam itu di dalam marketing toolbox Anda.”
Berbicara mengenai masa depan emoji dalam customer engagement, Joe mengatakan bahwa kemajuan di dalam MarTech, brand-brand akan mampu mempersonalisasikan pengalaman ini dengan fokus pada emoji-emoji yang bekerja paling efektif pada pengguna mereka secara individual. Pada akhirnya, emoji akan disesuaikan secara dinamis berdasarkan sentimen dan konteks pembicaraan, sehingga meningkatkan kedalaman emosi dalam komunikasi.
“Bersamaan dengan hal tersebut, semakin banyak integrasi emoji dengan AR/VR (seperti Apple Animojis) akan membuat pelanggan dapat mengekspresikan diri mereka dengan lebih jelas di lingkungan yang imersif. Ia akan mendefinisikan kembali cara pelanggan berinteraksi dengan produk dan layanan, meningkatkan pengalaman berbelanja mereka secara keseluruhan,” ucap Joe.
Berikut ini tabel temuan laporan tersebut:
Paling umum | Performa terbaik | Harus dihindari | |
India | ♂️️ | ||
Asia Tenggara | ️ | ||
Timur Tengah | ️ | ||
Eropa | ️ | ||
Amerika Utara | ️ | ️ | |
Amerika Selatan | ️ | ️ |
Be First to Comment