Press "Enter" to skip to content
Kunang-kunang (foto dok. commons.wikimedia.org/bruce marlin)

KINI AKU TAHU, Asal Cahaya Kunang-Kunang

Kunang-kunang adalah serangga yang mengeluarkan cahaya berkelap-kelip. Kemampuan serangga ini mengeluarkan cahaya sendiri disebut bioluminesensi.

Bioluminesensi juga ditemukan pada beberapa hewan, bakteri, dan jamur di seluruh dunia. Sebagian besar makhluk ini hidup di gua atau lautan. Namun, ada beberapa yang hidup di tempat yang bisa dilihat manusia, termasuk lebih dari 2.000 spesies kumbang yang membentuk keluarga kunang-kunang.

Bagaimana kunang-kunang (familia Lampyridae) menciptakan pertunjukan cahaya yang memukau itu?

Dilansir dari Live Science, kuncinya adalah reaksi kimia yang didasarkan pada senyawa yang disebut luciferin. Senyawa ini membuat cahaya dengan melepas elektron, sebuah proses yang disebut oksidasi, dengan hadirnya adenosin trifosfat (ATP), molekul yang menyediakan energi untuk sel, dan magnesium.

Reaksi tersebut dimediasi oleh enzim luciferase. Kunang-kunang memiliki organ cahaya di dalam perutnya di mana reaksi ini terjadi, yang mengandung lapisan asam urat yang mengkristal yang membantu memantulkan dan meningkatkan cahaya.

Sistem yang menggunakan luciferin dan luciferase ini telah berevolusi secara independen beberapa kali pada hewan bioluminescent, termasuk pada kelompok kumbang cahaya lainnya yang disebut Sinopyrophoridae.

Hanya dalam beberapa ratus tahun terakhir, para ilmuwan mulai memahami bagaimana beberapa makhluk hidup dapat menghasilkan cahaya.

Salah satu orang pertama yang membuat kemajuan dalam hal ini adalah anggota Royal Society abad ke-17 di Oxford yang menemukan bahwa udara adalah unsur yang sangat penting bagi jamur bioluminescent untuk menghasilkan cahaya dan oksigen juga menjadi salah satu bahan utama untuk bioluminesensi kunang-kunang.

Kehadiran cahaya pada kunang-kunang sudah dimulai sejak fase kepompong – dan bahkan telur. Mungkin sebagai sinyal bagi predator bahwa mereka tidak akan menjadi santapan yang baik, karena beberapa di antaranya beracun karena bahan kimia yang disebut lucibufagin, yang mereka sintesis dari makanan mereka.

Ketika kunang-kunang selesai bermetamorfosis dan mencapai usia dewasa, mereka membuat organ-organ cahaya yang baru. Tetapi sistem keseluruhannya sama, dengan cahaya yang datang dari dalam sel khusus yang ditemukan di organ cahaya di bagian bawah kunang-kunang, mengubahnya menjadi kuning, oranye, hijau atau bahkan biru.

Sel-sel ini penuh dengan luciferin dan luciferase, serta jumlah mitokondria yang sangat tinggi. Organel-organel kecil ini memompa ATP yang dibutuhkan kunang-kunang untuk menjalankan reaksi kimia. Kunang-kunang menyalakan dan mematikan cahayanya melalui aliran oksigen ke sel-sel ini.

Cahaya berkedap-kedip ini penting bagi kunang-kunang untuk menemukan pasangan kawin yang tepat. Menemukan pasangan sebagai kumbang bisa jadi sulit dan setiap spesies yang berkedip telah berevolusi dengan urutan cahayanya sendiri untuk membedakan dirinya dari yang lain.

Hal ini menjadikan bioluminesensi tak ubahnya ‘lagu cinta kode Morse dalam cahaya’. Dengan kehidupan dewasa mereka yang sangat singkat, mereka berpacu dengan waktu untuk menemukan pasangan.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.