Press "Enter" to skip to content

Mengenal Ubur-Ubur ‘Penunggu’ Pantai Ancol

Beberapa waktu lalu ubur-ubur banyak muncul di kawasan Ancol, Jakarta. Spesies laut ini mempunyai bentuk tubuh unik seperti jelly dan melayang-layang dalam arus air laut.

Di seluruh dunia ada 1.700 jenis ubur-ubur dengan ukuran tubuh mulai yang berdiameter 1 meter sampai 1,5 meter. Ubur-ubur adalah salah satu spesies laut tertua yang sudah melayang-layang di lautan sejak 500 juta tahun lalu.

Meski terlihat cantik, namun ubur-ubur punya sel penyengat yang berada di tentakel. Ubur-ubur memiliki mekanisme pertahanan tubuh dan alat berburu makanan berupa Nematocyst yang berbentuk busur panah dengan ukuran sangat kecil. Sel penyengat ini aktif dengan sentuhan dan tetap aktif meski ubur-ubur sudah mati.

“Jangan menyentuh ubur-ubur yang mati. Jika melihat ubur-ubur laporkan ke penjaga pantai untuk ditangani lebih lanjut,” kata peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Arief Rachman, baru-baru ini.

Dari temuan sementara LIPI, ada dua jenis ubur-ubur yang terlihat di perairan pantai Ancol. Kedua jenis itu adalah Phyllorhyza sp. atau Spotted Jelly dan Catostylus sp. atau jelly blubber. Kedua jenis ini masuk kategori mild stinger dengan efek sengatan lemah dan umumnya tidak menimbulkan efek samping selain kulit merah dan gatal.

Selain dua jenis tersebut masih ada dua jenis ubur-ubur lainnya yang berada di Teluk Jakarta, yakni Aurelia aurita (moon jellyfish) dan Chrysaora sp. (sea nettle). Aurelia aurita memiliki efek sengatan ringan sementara Chrysaora tergolong High Stinger yang memilki efek sengatan sangat menyakitkan, diikuti sensasi seperti terbakar, bengkak dan merah pada bagian yang tersengat. Untungnya kedua jenis tersebut keberadaannya masih jauh di luar tembok pemecah ombak Ancol. Namun masyarakat harus waspada.

Pada kasus langka, jika seseorang memiliki alergi berat atau hipersensivitas terhadap racun dari ubur-ubur, sengatannya berpotensi menyebabkan kram, sesak nafas, atau kehilangan kesadaran.

Pertolongan pertama
Terkait penanganan sengatan ubur-ubur, Tri Maharani yang merupakan dokter spesialis biomedik, mengungkapkan prosedur penting yang harus diketahui dalam penanganan sengatan ubur-ubur. Sengatan hewan akan menimbulkan inflamasi atau peradangan karena ada proses masuknya protein asing ke tubuh.

Tri menjelaskan, pemberian cuka adalah langkah penting penanganan awal. “Tuangkan cuka makan yang sudah diencerkan dengan air pada area tersengat dan biarkan selama 30 detik,” ujar Tri. Setelah itu, kata dia, baru lepaskan tentakel yang menempel pada kulit lalu segera bawa ke instalasi darurat.

Menurut Tri, kesalahan penanganan menimbulkan akibat yang lebih fatal. Ia meminta masyarakat agar tidak bertindak sembrono. “Jangan cuci dengan air tawar, jangan berikan salep, jangan digosok dengan tanah atau batu, dan jangan tuangkan alkohol atau urin,” tuturnya.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.