Press "Enter" to skip to content
Ular piton Amethystine atau scrub python. (dok. commons.wikimedia.org/mike

Mengapa Piton Mencoba Menelan Mangsa yang Lebih Besar

10 Maret 2014. Lee-Ann, 64 tahun, sedang terlelap ketika seekor sanca permata atau lebih dikenal dengan nama scrub pyton (Simalia amethistina) merayap masuk ke kamar melewati pintu yang terbuka. Lee-Ann sekonyong-konyong terbangun ketika ular sepanjang 3,6 meter itu membelit paha dan kemudian berusaha melilit seluruh tubuhnya. Untungnya perempuan itu mampu membebaskan diri dan memerangkap ular itu di dapur.

Perilaku ular yang mencoba memangsa manusia itu bukanlah hal yang unik. Beberapa spesies ular seperti kobra di Mozambik, ular krait di India, kerap menyerang manusia yang sedang tidur, khususnya bayi. Tapi yang menarik dari kasus Lee-Ann adalah, ular piton itu mencoba menyerang mangsa yang ukurannya jauh lebih besar. Dengan bobot 64 kg, Lee-Ann itu 13 kali lebih besar ketimbang ular yang mencoba memangsanya. Penelitian mendapati, ular sebetulnya tak bisa memakan mangsa yang ukurannya jauh lebih besar darinya. Lantas mengapa mereka mencoba?

Penelitian Daniel Natusch dan timnya dari Departemen Ilmu Biologi di Macquire University di New South Wales, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan itu. Penelitian mereka diterbitkan di jurnal Austral Ecology pada Oktober 2020 yang lalu.

Untungnya ular yang menyerang Lee-Ann sempat dipasangi pemancar radio VHF, yang merupakan bagian dari studi yang dilakukan di Lockerbie Scrub, kawasan yang didominasi hutan hujan di Cape York Peninsula, Australia. Scrub python adalah ular yang biasa ditemukan di kawasan itu dan tak dianggap ancaman. Tapi dari data pelacakan diketahui bahwa ular itu cukup sering berada di area yang dekat dengan permukiman manusia.

Lalu terjadilah serangan. Lee-Ann selamat dan ular itu ditangkap lalu dilepaskan di lokasi yang jauh, sekitar 200 meter dari rumahnya. Tapi pada 30 Januari 2015, ular yang sama tercatat kembali ke rumah Lee-Ann dan mencoba menyerang anjing yang badannya, sekali lagi, lebih besar darinya. Anjing itu terluka, tapi bisa diselamatkan. Mengapa, lagi-lagi, ular ini menyerang mangsa yang lebih besar?

Ular piton memang memiliki range mangsa yang luas. Dia bisa memangsa berbagai macam hewan, termasuk mamalia dan primata, serta manusia. Natusch dan timnya mencatat serangan pada manusia cukup banyak. Sejak 2017, telah terjadi 5 serangan maupun pembunuhan manusia yang melibatkan sanca batik di Indonesia. Di Australia terdokumentasi 2 serangan scrub python kepada anak-anak sejak 2018. Anak-anak memang masuk ke dalam range mangsa piton ini sebab mereka adalah ular yang bisa tumbuh sampai berbobot 35kg.

Data yang dikumpulkan oleh Natusch dan timnya mendapati 32 kasus serangan piton, di mana sembilan kasus melibatkan serangan kepada mangsa yang ukurannya setara atau lebih besar. Sebanyak tiga dari sembilan kasus si ular pemangsa malah mati karena mangsanya terlalu besar. Pertanyannya, mengapa ular-ular itu nekat menyerang mangsa yang tak sanggup ditelannya?

“Ada beberapa penjelasannya,” tutur penulis studi itu. “Pertama, si ular mungkin salah identifikasi. Pada beberapa kasus, si ular mungkin hanya melihat sebagian tubuh mangsa, dia tak menyadari tubuh mangsa itu jauh lebih besar darinya. Sehingga saat mencoba memakannya, si ular kesulitan bahkan mati.”

Orang yang sedang tidur akan lebih banyak diam, sehingga itu menghilangkan isyarat visual untuk mengetahui apakah objek yang diincarnya hanyalah bagian dari tubuh yang lebih besar. Terkait dengan itu, ular mungkin salah mengira aroma manusia adalah aroma spesies yang biasa jadi mangsanya. Atau si ular mungkin lebih mempertimbangkan kesempatan untuk makan besar ketimbang kemampuannya menelan mangsa.

“Pada intinya, alasan yang lebih tepatnya harus diteliti lebih lanjut dengan mempertimbangkan berbagai aspek,” kata para peneliti.

Be First to Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mission News Theme by Compete Themes.